Ketika di awal Tour de France 2023 dihelat, saya beralih idola ke Jonas Vingegaard. Salah satu sebabnya karena saya sempat bertemu dua kali dengan Om Jonas. Jadi merasa kenal, wkwkwk. Kalau sudah kenal kan bisa sayang. Kata pepatah gitu.
Hah ketika saya mengatakan bahwa idola saya Jonas, ada cukup banyak teman yang mengontak saya. Baik melalui komentar ataupun direct message di Instagram. Mereka menyatakan idola mereka tetap Tadej Pogacar. Yang akrab dipanggil Pogi itu.
Siapa yang tidak tahu sepak terjang bocah ajaib ini pada 2020 lalu. Ketika Primoz Roglic begitu kuat dan nyaris juara, ehhh dia (Pogacar) menjegalnya di ITT terakhir. Membalikkan keadaan yang sudah terbangun selama Tour, di detik-detik penghabisan.
Hah kali ini agak beda. Sampai tulisan ini saya buat, saya sudah melihat sampai stage 17. Di mana stage 16 dan 17 adalah dua stage yang mungkin membuat banyak orang tidak percaya. Terutama stage 17. Di stage 16, Pogi tertinggal 1.38 menit oleh Jonas.
Mungkin sebagian orang masih menyalahkan strategi Pogacar saat ganti sepeda. Atau ada yang beranggapan si Pogi lagi sakit. Tapi apapun itu, waktunya telah kalah jauh dari Jonas. Selisih satu menit lebih bagi team pro yang berada di puncak piramida kekuatan bersepeda itu sama dengan, juaaauuhhhhhh.
Tidak seperti saya yang sama temen depan bisa selisih 19 menit, tapi masih kerasa dekat dengan yang depan. Sebab paling tidak kan saya tertinggal masih belum ganti hari pikir. Wkwkwkwk.
Nah di stage 17, setelah acara TT ini lebih celaka. Kalau Anda melihat siaran lansungnya, mungkin Anda akan melotot sampai mendekatkan mata ke layar. Loh yang kewer baju putih ini Pogi?
Saya sampai kaget karena tanjakannya masih panjang, Pogi sudah lepas dari rombongan. Seperti biasa kalau ada yang copot dan ini bukan social ride, maka rombongan yang di depan menoleh untuk memastikan, lalu menambah kecepatan agar jarak makin jauh.
Alhasil jaraknya menjadi sekitar lima menit. Hingga total perbedaan jarak antara Jonas -peringkat pertama- dan Pogi -dperingkat kedua- menjadi tujuh menit tiga puluh lima detik. Jauhh pakek banget ini. Sedangkan peringkat ketiga rekan seteam Pogi. Si Adam Yates selisih 10 menit 45 detik.
Saya kaget, yang mengidolakan kaget, bahkan teammates-nya, teman setimnya juga heran ketika stage 17 berakhir. Teman setim Pogi bahkan melihat layar klasemen dan saling ngrasani.
Yang epic adalah suara Pogi di radio ketika balapan. ”I’m gone, l’m dead!” Kalimat itu sebagai pernyataan Pogi bahwa ia habis. Tidak bisa mengikuti pace ploton maupun Jonas.
Simon disuruh mengawal Pogi biar peluang podium tetap terjaga. Saya kira hanya saya yang merasakan terkewer dari grup. Mungkin kalau bahasa jawanya “matek om, ajurrr ngga kuat .“ Ternyata Pogi pun merasakan ketika di Tour de France.
Jadi siapapun yang kuat atau merasa kuat, hati-hati ya seorang Pogacar bisa matek di tanjakan.
Memang Jonas sudah di atas angin. Tapi sisa perlombaan masih ada. Kecelakaan dan kelelahan mendadak adalah hal hal yang bisa membuat gelar juara Jonas hilang. Seperti jaman Roglic. Pertayaannya, apakah si tukang ikan akan terpleset dari tahtanya? Kita lihat saja. Semoga jangan terglincir ya Jonas.(Johnny Ray)