Seperti kebanyakan anak-anak di Eropa, Jonas Vingegaard di masa kecil sangat menggemari sepak bola. Namun begitu beranjak remaja, hobi olahraganya tersangkut pada balap sepeda. Olahraga itu mengantarkannya sebagai pembalap yang sukses back to back champion di Tour de France.
Momen itu terjadi ketika Vingegaard diajak ayahnya menonton balap sepeda yang diselenggarakan klub sepeda lokal Thy Clyklr Ring. Klub itu pula yang kemudian menjadi tim sepeda pertama Vingegaard.
Menekuni olahraga balap sepeda tak ujug-ujug membuat Vingegaard bisa mengandalkan pendapatan dari sana. Vingegaard muda ternyata pernah bekerja di sebuah pabrik ikan di Hanstholm sebelum bergabung dengan Jumbo-Visma.
“Pekerjaan saya bukan memotong ikan, tapi memasukkanya ke dalam es dan menyiapkan ikan untuk dipotong,” ujar Vingegaard dilansir dari Cyclingnews.
Vingegaard dua tahun bergabung di Thy Clyklr Ring. Awal bergabung, ia cukup kesulitan beradaptasi. Selama lima musim berada di sana, Vingegaard kemudian memutuskan pindah dan bergabung dengan Odder Cykel Klub.
Bakat Vingegaard mulai terlihat di tim itu. Pada 2016 ia berhasil menang di Pinse Cuppen di Hammel pada 2016. Di tahun yang sama, Vingegaard kemudian mendapatkan tawaran dari tim UCI Continental ColoQuick-Cult.
Pada 2018, kariernya semakin menanjak bersama ColoQuick-Cult. Ia berhasil menang di Tour du loir et Cher pada kategori Youth Classification. Dari sana, tim WorldTour Jumbo-Visma tertarik meminangnya pada 2019.
Tampil mengesankan di Tour de Pologne dan Vuelta a Espana, Vingegaard masuk ke dalam skuad Jumbo-Visma untuk Tour de France 2021. Saat itu ia masih sebagai cadangan Primoz Roglic.
Ia mulai mendapatkan pengakuan, ketika di Tour pertamanya berhasil mengalahkan sang juara bertahan Tadej Pogacar di Mont Ventoux. Saat itu ia finis di posisi kedua GC. Selanjutnya adalah sejarah demi sejarah yang ia torehkan.
Vingegaard mengejutkan banyak pihak ketika ditunjuk memimpin Jumbo-Visma pada 2021 menggantikan Primoz Roglic.
Kini Vingegaard menjadi pembalap WorldTour yang idola banyak orang. Namun ketenaran itu tidak membuatnya menjadi pribadi yang berbeda. Vingegaard tetap menjadi pribadi yang jarang berbicara dan low profile. Pembalap asal Denmark itu juga terlihat lebih menikmati kehidupan bersama keluarga kecilnya.
Di dua etape terakhir Tour de France 2023 Vingegaard sudah sulit terkejar para pesaingnya, termasuk Pogacar. Ia pun sukses juara back to back champion.
“Saya bangga dan bahagia bisa menang untuk kedua kalinya. Saya harus berterima-kasih tidak hanya kepada tim dan keluarga saya, tetapi kepada seluruh warga Denmark yang telah mendukung saya,” kata VIngegaard.
Ia mengaku sangat menikmati persaingan dengan Pogacar. “Balapan ini sangat panjang. Kami balapan hampir setiap hari. Dan berusaha unggul satu sama lain di setiap etape. Ini adalah balapan yang sulit,” ujar Vingegaard.
Banyak jurnalis dan expert yang memprediksi di awal Tour de France, bahwa Vingegaard akan terbebani oleh gelar juaranya musim lalu. Namun pembalap asal Denmark itu menepis semua rumor yang beredar.
“Seperti yang sudah pernah saya katakan, saya tidak terbebani sama sekali. Saya merasa lebih santai dan rileks ketimbang tahun lalu,” katanya.
Ia mengakui pernah kesulitan melepaskan diri dari tekanan. Tapi itu di tahun pertamanya membalap di Tour de France. "Saya saat itu bukan pembalap yang baik karena tidak bisa melepaskan diri dari tekanan. Tapi setelah itu saya belajar mengatasi tekanan. Saya berhasil melakukan itu mulai bisa meraih kemenangan,” ungkapnya Vingegaard.(Mainsepeda)