Trihadi Siswanto alias Hadi Tombro menuntaskan 24 jam pertama Badlands 2023 hari ini (4/9) pada pukul 13.00 WIB. Total, ia menempuh 327 km rute, salah satu event ultra cycling paling menantang di dunia tersebut dalam sehari semalam. Dengan total rute 750 km, Tombro berpeluang besar memenuhi target pribadinya finis 3 hari.
”Rutenya sangat menantang, saat di gurun anginnya sangat kencang sampai sepeda rasanya terdorong, rute gravelnya pun juga terjal,” kata Tombro kepada Mainsepeda. ”Saat di gunung, udara sangat dingin dengan kabut tebal, jarak pandang sangat terbatas,” lanjutnya.
Di awal perlombaan, Tombro melaju tanpa masalah. Rute rolling dengan jalanan mayoritas gravel ia lalui dengan baik. Ia tergabung dengan cukup banyak cyclist lain.
Namun, memasuki kilometer 120, Tombro mengalami masalah pada bikecomp-nya. Map tidak muncul. Di layar hanya ada warna putih. Cyclist asal Sidoarjo itu pun harus berhenti untuk menyeting ulang bikecomp. Itu penting, karena piranti itu adalah satu-satunya penunjuk arah di alam bebas saat ia terpisah dari cyclist lain.
Masalah itu bisa teratasi, namun Tombro harus tercecer lumayan jauh dari cyclist yang sebelumnya bersamanya. Dari live tracker, Tombro ada di urutan 100 besar kategori solo dari 250 peserta.
Setelah masalah itu teratasi, Tombro lansung tancap gas. Mengejar ketinggalan dan waktu yang terbuang. Saat malam tiba, ketika cyclist lain banyak yang beristirahat di kawasan Gor yang ada di kilometer 244, Tombro memilih terus gowes.
Hadi 'Tombro' ketika sedang berisitirahat di kilometer 260
Ia baru berhenti pada kilometer 260. ”Saya berani lanjut, tidak berhenti di Gor karena punya cukup persediaan makanan dan minuman. Pada kilometer 260, saya menemukan bangku di pinggir jalan aspal, saya tidur saja di situ, tapi sepuluh menit sudah terbangun, langsung saya lanjut gowes lagi,” papar Tombro.
Saat itu sudah masuk Senin dini hari waktu setempat, udara dingin. Baru jalan 10 km, masuk kilometer 270, Tombro memutuskan istirahat. Kali ini ia menggunakan sleeping bag yang ia bawa agar bisa tidur lebih hangat dan nyenyak. Tombro tidur di dalam sleeping bag di atas pasir berbatu.
”Di situ saya tidur lumayan lama, sekitar satu jam. Bangun jauh lebih fresh, dan langsung lanjut lagi,” kisahnya.
Sepeda Wdnsdy Journey KS yang menemani Hadi Tombro ketika berada di Puerto de Calar Alto
Tepat adanya keputusan Tombro untuk tidur cukup lama. Karena setelah itu rute yang harus dihadapi nanjak tinggi. Saat memasuki kilometer 300 ketinggian sudah mencapai 2.300 an meter di atas permukaan air laut.
Di situ Tombro merasakan tantangan yang cukup berat. Jalanan menanjak, cuaca berkabut tebal, udara sangat dingin. ”Pas jalanan landai pun, nafas ngap ngapan karena oksigen tipis di ketinggian seperti itu,” ungkapnya.
Saat itu, langit sudah terang, Senin pagi waktu setempat. Ternyata itulah ujian terakhir di Gurun Gorafe yang harus dilalui. Setelah itu jalanan turun sampai dia menemukan kawasan pemukiman pada kilometer 327. Di situ Tombro berhenti untuk makan di Cafetaria Mahoo.
Hadi 'Tombro' ketika berada di kilometer 300 di ketinggian 2.300 mdpl
”Perut rasanya kembung, makan roti terus, tidak nemu nasi, hehehehe…Waktu di kilometer 120 saya berhenti di restoran yang ada rice cooker-nya, ternyata isinya roti dan daging, tidak ada nasi,” kata Tombro.
Tombro tidak berhenti lama di Cafetaria Mahoo. Ia langsung lanjut gowes, kali ini ia masuk kawasan Gurun Tabernas. Itu adalah rangkaian gurun kedua yang harus dilalui seluruh peserta Badlands 2023. Total, mereka harus menyelesaikan rute 750 km dengan elevation gain 15 ribuan mdlp.
Saat lanjut gowes dari Cafetaria Mahoo, posisi Tombro sudah di kisaran 60 besar. Ayo semangat Mas Tombro….! Pantau terus perjuangannya finish Badlands 2023 hanya di Mainsepeda. (Mainsepeda)