Tadej Pogacar ketika menggunakan rim brake pada 2020 lalu
Ada satu periode, belum lama ini, road bike serasa ”dipaksakan” memakai disc brake. Ketika sistem pengereman baru itu diperkenalkan, masih banyak tim papan atas yang tidak mau menggunakan. Pun dengan para jagoan mereka, pembalap papan atas masih senang dengan sepeda rim brake.
Saya masih ingat benar itu kapan, tahun 2020. Saat itu, tiga tahun lalu, Tadej Pogacar masih memakai rim brake bersama banyak atlet lainnya.
Fast forward ke masa sekarang, keadaannya sudah jauh berbeda. Sekarang mungkin kalau bisa bisa kita bertanya: rim brake itu apa? Rim kok ditekan-tekan apa nga pesok?
Industri besar penyedia groupset beramai-ramai sepakat mengurangi hingga akhirnya mematikan produksi versi rim brake. Sekarang ketika kita ditanya perihal rem kita sudah bisa fasih bertanya, pakai rotor berapa? 140 atau 160? dan sudah banyak yang tahu kalau format remnya bernama flat mount.
Apa pun groupset-nya baik yang masih pakai kabel besi atau yang sudah bisa digerakkan dengan servo canggih yang berkoneksi dengan nirkabel, semuanya udah nga sepaham dengan rim brake? Semua sepakat mengadopsi rem jenis disc brake.
Dimana kontroversi soal panasnya rotor? Bagaimana dengan rotor yang bisa menjadi seperti pisau bila dipakai terus terusan? kelihatannya issue-issue ini hilang, anggap aja issue seperti ini sudah bisa teratasi.
Sama seperti banyak hal di dunia ini, tidak ada yang bisa tetap bertahan. Ketika jaman berganti, dinosaurus yang sekuat itu aja hilang berganti dengan cecak yang ada di rumah. Reptil seperkasa itu punah berganti dengan yang lebih kecil. Demikian juga dengan rem jenis ini, sudah mulai bergeser jamannya.
Tadej Pogacar ketika menggunakan disc brake di tahun 2023
Tidak sedikit yang masih mempunyai sepeda dengan rim brake, mungkin sebentar lagi juga mulai sulit mencari spare part-nya. Tapi ya begitulah, saya tidak mengira secepat ini rim brake hilang dari peredaran. Sepeda-sepeda custom yang dari besi juga ikut ikutan mengadopsi disc brake, sudah sangat jarang yang memakai rim brake. Benar-benar sudah masif sudah menyeluruh.
Ya mungkin, semua ini demi sesuatu yang lebih baik. Kalau semua masih tetap pakai rim brake maka tidak ada penjualan yang masif, karena disc brake membuat lebih banyak item yang harus dibeli wheel set, rotor, caliper, kampas rem, minyak hidrolis, selang, perlengkapan bleeding, adaptor caliper, dan lainnya. Perputaran ekonomi bisa dipaksa bergulir agar disana ada pekerjaan yang tercipta dan individu yang bekerja.
Kalau punya sepeda rim brake rawatlah siapa tahu nanti, sepeda itu akan menjadi antik dan bernilai tinggi karena sudah tidak ada barang barunya sekian. (Johnny Ray)