Rengkong Wangsa(kiri) saat menanjak di Kelok 9 pada Minggu lalu.
Saking serunya, penentuan juara kategori Men 40-44 East Java Trilogy 2023 harus ditentukan sampai akhir perlombaan di kawasan Tanjakan Gigi 1. Persaingan itu melibatkan Yohanes T. Wijoyo dan Rengkong Wangsa yang selalu naik podium di Bromo KOM dan Ijen KOM. Kediri Dholo KOM Challenge 2023 menjadi pembuktian siapa diantara mereka yang menjadi juara overall.
Yoyo, sapaan Yohanes, datang ke Kediri dengan predikat pemuncak klasemen. Ia mengoleksi 35 poin hasil runner-up di Bromo dan menang di Ijen. Rengkong ada di urutan kedua dengan 24 poin, hasil dua kali finis ketiga di Bromo dan Ijen. Dengan 20 poin maksimal kemenangan di Dholo, plus 20 poin bonus jika ikut seluruh event trilogi, semua masih bisa terjadi di Dholo.
Maka, saling intip dan incar sudah terjadi sejak start Kediri Dholo KOM di Kantor Kabupaten Kediri pada Minggu lalu (24/9). Rengkong punya tekad harus menang untuk menjaga peluang juara umum. Yoyo membidik tiga besar untuk mengamankan posisi di puncak klasemen.
Akhirnya Rengkong menang jauh di Dholo KOM kelas Men 40-44. Ia finish dengan catatan waktu 1 jam 10 menit 41 detik. Finis kedua adalah Usman Ali dengan catatan waktu 1 jam 12 menit 7 detik. Peringkat ketiga ditempati Purwantoro dengan catatan waktu 1 jam 13 menit 34 detik.
Dimana posisi Yoyo? Cyclist asal Solo itu meleset dari targetnya untuk finis tiga besar. Ternyata ia hanya mampu finis keempat dengan catatan waktu 1 jam 14 menit 02 detik. Yoyo hanya unggul 47 detik dari Samsodin yang finis di urutan kelima.
Namun, itu sudah cukup bagi Yoyo untuk mengamankan gelar juara Trilogi Jatim di kategori Men 40-44. Total, ia mengoleksi 65 poin. Yoyo hanya unggul satu poin dari Rengkong. Jika saja Yoyo disalip Samsodin di tanjakan-tanjakan akhir di kawasan Tanjakan Gigi 1, maka Rengkong yang sudah menunggu di haris finis, akan mendapatkan gelar juara trilogi.
”Ya, bersyukur akhirnya juara East Java Trilogy untuk kategori Men 40-44,” kata Yoyo. ”Saya sudah punya itungan, kalau bisa finis tiga besar, kalau tidak bisa jangan sampai finis nomor lima,” lanjutnya.
Yoyo tidak membidik kemenangan di Dholo karena selama sebulan terakhir latihannya tidak maksimal. Apalagi, Rengkong yang menjadi pesaing terdekatnya, punya catatan hebat di Dholo. Dia juga juara tahun lalu di sana.
Yohanes di event Kediri Dholo KOM Challenge 2023 minggu lalu.
”Saya dan Wahyu yang finis ketiga di overall, sudah menyalip Samsodin di tanjakan yang ada menara televisinya. Saat itu Samsodin terlihat sudah lambat sekali. Ternyata Samsodin bisa kembali mengejar dan menyalip Wahyu di sekitar Tanjakan Gigi 1. Tapi, saya cukup punya jarak dan tidak dikejar Samsodin, bisa finis keempat untuk mengamankan juara trilogi,” papar Yoyo.
Menurut Yoyo, panas yang menyengat menjadi tantangan tersendiri di Dholo tahun ini. Ia menyebut di antara tiga event trilogi tahun ini, paling panas adalah di Dholo.
”Saya pikir di atas akan ada angin dan sejuk, ternyata panas sekali dan tidak ada angin,” ungkapnya.
Terpisah, Rengkong menyatakan sudah berjuang maksimal meski akhirnya harus puas di peringkat kedua trilogi. Ia bersiap untuk pindah ke kategori Men 45-49 karena usianya tahun depan masuk kategori itu.
Rengkong yang asli Gorontalo mengungkapkan saat di Ijen kurang maksimal karena coba-coba ganti crank. Biasanya pakai crank oval, di Ijen ia pakai bulat.
”Sejak awal sudah tidak enak rasanya, tidak terbiasa, namun sudah terlanjur ya lanjut saja, akhirnya finis ketiga,” kenangnya.
Di antara tiga event trilogi, Rengkong menyebut paling cocok dengan karakter tanjakan di Dholo. Di akhir konsisten nanjak, berbeda dengan di Ijen yang setelah Tanjakan Erek-Erek banyak rolling.
”Mungkin setiap cyclist berbeda-beda ya. Kalau saya lebih dapat feel-nya di Dholo, sehingga bisa lebih maksimal dibandingkan peserta lain,” ungkapnya.
Rengkong dan Yoyo menyatakan akan mempersiapkan diri lebih baik di Trilogi Jawa Timur tahun depan. Dari tahun ke tahun jumlah peserta semakin banyak, persaingan pun semakin ketat.
Well, sampai jumpa di East Java Trilogy 2024 (*)