Dyball Pecahkan Rekor Nibali di Taiwan KOM Challenge

| Penulis : 

Benyamin Dyball saat memenangi Taiwan KOM Challenge 2023.

Benjamin Dyball tampil hebat di Taiwan KOM Challenge 2023, Jumat (27/10). Pembalap asal Australia itu menjadi yang terdepan dalam one day race akhir tahun terakbar di Asia tersebut. Bahkan, Dyball memecahkan rekor catatan waktu tercepat milik Vincenzo Nibali yang dibukukan pada 2017 lalu.

Dyball membukukan catatan waktu 3 jam 16 menit 9 detik. Catatan itu unggul cukup jauh, 3 menit 45 detik, dari rekor Nibali. Padahal, sebelumnya banyak yang meyakini rekor Nibali akan bertahan lama. Maklum, Nibali adalah salah seorang pembalap terhebat dalam sejarah, memenangi ketiga gelar grand tour. Dan saat membukukan rekor Taiwan KOM 2017, Nibali dalam kondisi kompetitif, baru saja menang Il Lombardia.

Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, Taiwan KOM tahun ini diikuti oleh sejumlah pembalap tim WorldTour pro. Paling terkenal adalah Simon Yates dari tim Jayco-AlUla. Pada Tour de France tahun ini, Yates finis keempat di klasemen akhir general classification. Namun, di Taiwan KOM tidak mampu menembus lima besar.

Rekan setim Yates, David Pena berhasil finis kedua. Ia membukukan 3 jam 20 menit 30 detik. Kaneko Sohei dari tim Kizuna Cycling menempati podium ketiga dengan catatan waktu 3 jam 23 menit 2 detik.

Dyball sendiri saat ini membela tim UCI Continental, Victoire Hiroshima. Sebelumnya, ia pernah membela tim pro world tour NTT Pro Cycling pada 2020. Di Taiwan KOM, Dyball sudah dua kali finis runner up. Catatan waktunya saat pecah rekor Nibali kemarin, lebih cepat 10 menit dari catatan waktu terbaiknya pada 2018.

Taiwan KOM Challenge kali pertama diselenggarakan pada 2012. Ini adalah salah satu one daya race menanjak terberat. Start dari kawasan pantai Qixingtan, para peserta akan berlomba menuju titik finis di Wuling, Gunung Hehuan yang memiliki ketinggian 3.275 meter di atas permukaan laut. Total rute sejauh 105 km. Namun, perlombaan sesungguhnya adalah 86,5 km. Sepanjang 18,5 km pembalap gowes bareng dalam kecepatan yang dikontrol, setelah itu baru bebas balapan.

Rute sejauh 86,5 km mayoritas nanjak. Terutama dalam 15 km terakhir. Total turunan hanya 4 km.

”Perlombaan ini sangat-sangat berat, lebih berat dari yang saya perkirakan,” kata Pena kepada Global Cycling Network. ”Di atas ketinggian 2 ribu meter kabut tebal, bahkan kami tidak bisa cukup jelas melihat jalan. Medan sangat berat ketika 10 km terakhir, pada satu kilometer terakhir setiap saat terasa lebih berat,” lanjutnya.

Yates pun punya pendapat yang sama. ”Ini adalah lomba yang berat. Saya dan David telah berjuang memberikan yang terbaik, namun lomba dimenangkan pembalap lain, terjadilah yang terjadi. Saya sangat menikmati tantangan ini, dan saya yakin akan kembali lagi di kesempatan lain,” katanya. (*)

Populer

Mainsepeda Tambah Kategori TNI/Polri pada Antangin Bromo KOM 2025
Solo Attack 35 Km, Pogacar Juara Liege-Bastogne-Liege
Orang Utan Cyclist Rambah Gowes Luar Negeri
Irjen Pol Nanang Dukung Antangin Bromo KOM 2025 Start di Mapolda Jatim
Tarif Trump dan Solusinya di Dunia Sepeda
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Kolom Sehat: Hari Apes Nggak Ada di Kalender
Bagaimana Memilih Sepeda dan Ukurannya?
Bintaro Loop: Trek Menantang dan Fasilitas Lengkap