Minggu lalu saya membahas soal neraka yang bocor. Keadaan di mana cuaca di sekitar kita sedang panas sekali

Teman saya, Goura malah punya menu latihan di bawah terik matahari. Tapi saat itu saya ragu, jangan-jangan pas sepedaan, eh malah hujan deras.

Nah hal itu terjadi kepada saya. Walau sama-sama mengikuti event Journey TGX, Sabtu 2 Desember 2023. Kebetulan saya masih ada satu event sisipan. Hitung-hitung sekalian latihan menghadapi TGX.

Ternyata yang saya “ramal” terjadi. Bukan saja tidak panas waktu event Audax rute 400 km, tapi malah hujan.

Biasanya hujan kalau masih musim hujan gini masih malu-malu ya. Tapi ini ternyata tidak. Hujannya deras banget. Apalagi kejadiannya di perjalanan menuju Kintamani. Kabutnya cukup tebal. Aspal tertutup genangan yang mengalir. Jalan sudah seperti kali kecil.

Jadi menurut saya, tidak gunanya Anda menyiapkan payung sebelum hujan. Sebab payung masih tidak bisa melindungi Anda dari basah.

Yang benar itu: siapkan perahu! Ya, siapkan perahu yang bila sewaktu waktu air naik, Anda masih bisa bertahan di atas air.

Maksud dari kiasan itu begini. Bila Anda sudah menyiapkan hal-hal yang Anda kira cukup untuk menghadapi hujan ketika nanti di perjalanan -termasuk perjalanan mengikuti Journey TGX- maka saran saya persiapkan itu untuk sesuatu yang agak ekstreme. Kenapa begitu? Karena begini...

1. Keterbatasan jarak lihat

Jumlah curah hujan yang mendadak tinggi. Ingat kita sudah terlalu lama dalam musim kemarau, jadi mugkin alam pun seakan akan balas dendam.

Sekalinya hujan. Hujannya juga tidak malu-malu langsung broll. Saya terpaksa harus melepas kacamata karena hampir tidak bisa melihat jalan. Walau bila tidak berkacamata maka jarak pandang saya sangat pendek. Tapi lebih baik daripada tidak kelihatan sama sekali.

2. Awam terhadap lingkungan

Rute ke Trenggalek (Journey to TGX) bukan rute sehari-hari saya. Jadi sudah pasti beberapa detail jalan tidak ada dalam kamus saya. Ketidaktahuan ini menyebabkan saya harus lebih hati-hati karena di mana titik curam, di mana jalan rusak, di mana selokan, dan lainnya. Itu semua akan jadi sulit terlihat bila aspal tertutup derasnya air hujan yang mengalir.

3. Suhu dingin

Saya memang sengaja prepare lebih. Saya memakai ban yang lebih besar. Saya memakai lampu yang tahan lama. Saya memakai jaket yang menutup dari Sub Jersey. Semua karena saya antisisapi kemungkinan terburuk saat hujan.

Dan terjadi, walau saya sudah prepare bukan berarti perjalanan mudah konsentrasi. Tetap saja tenaga harus benar-benar fokus.

Bila perlengkapan kita minim, maka kemampuan untuk fokus ke jalan akan lebih sulit tercapai. Misal bila kita kedinginan akut, maka kita bakal susah mengayuh sepeda di keadaan menanjak.

4. Bisa berulang

Kemarin saya terkena hujan tiga kali. Jadi hujan, kering, hujan, kering, hujan, dan kering. Ini masih dalam jarak 200 km saja.

Jadi, bila nanti cuaca cerah di awal menjalani rute Journey to TGX, bisa-bisa hujan setelah itu, atau bila pagi hujan bisa-bisa sore hujan lagi. Jadi siapkan fisik Anda. Sebab menyiapkan tenda dan perahu juga sudah ngga sempat.

Semoga keadaan cuaca sabtu ini cuaca mendung-mendung manja saja. Semoga saja begitu. Menurut pembaca apakah yang akan terjadi? (Johnny Ray)

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Cyclist Favorit: Habibie Jebolan EJJ Gowes Sampai ke Mekkah
Kolom Sehat: MTB
Barang Bawaan Peserta Journey To TGX 2024 Dikirim ke Trenggalek Gratis
Tips Merakit Gravel Bike dengan Harga Terjangkau
Inilah Rute Journey To TGX 2024, Jarak Sama COT Bertambah
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji
Bond Almand, Mahasiswa 20 Tahun yang Pecahkan Rekor Ultra Cycing di Pan-American Highway
1500 EJJ 2024 Update – Hour 31: Semua Peserta Tersisa Diprediksi Capai CP 1 Under COT