Kent Andersen saat melewati Jalur Lintas Selatan

Bersepeda 250 km dari Surabaya menuju Trenggalek di Journey to TGX meninggalkan banyak kesan dan kenangan untuk para cyclist. Pahit maupun manis. Termasuk bagi Kent Andersen.

Bule asal Denmark yang tinggal di Bali ini terpukau dengan keindahan alam sepanjang Jalur Lintas Selatan (JLS). Pemandangan begitu indah, jalanan mulus dan relatif sepi.

”Pantai di JLS luar biasa indah, ada gunung kecil di tengah laut. Jalanan juga sangat mulus dan sepi, membuat kita bisa menikmati pemandangan dengan baik,” kata Kent Andersen di Pendopo Kabupaten Trenggalek setelah finis. ”Bagi saya, pemandangan dan kondisi jalan di JLS, membuat rute di JLS lebih indah dari pada di Bali,” tegasnya.

Andersen bercerita, pekan lalu baru saja ikut event bersepeda 400 km di Bali. Dia mengeluhkan lalu lintas yang terlalu padat di beberapa ruas yang dilalui, harus berimpitan dengan truk, bus, dan kendaraan besar lain.

Di Journey to TGX, lalu lintas lancar jaya. Saat melewati jalan nasional dari Surabaya ke Mojokerto, relatif tidak padat karena start pada pukul 05.00. Ketika jalan mulai ramai, peloton sudah keluar jalan nasional.

Andersen termasuk kelompok yang gaspol sejak start. Bersama Abah Asril dan M. Hanif, mereka adu cepat di depan. Andersen lalu tertinggal karena mengalami pecah ban di daerah sebelum masuk kota Kediri. Saat masuk check point di kilometer 163, ia tiba di belakang Abah Asril dan Hanif.

Di check point, Andersen tidak banyak istirahat. Minum, isi bidon, dan makan snack lalu langsung tancap gas lagi. Ia sempat mengeluhkan tidak nyaman pada kaos kakinya.

”Ini kaos kaki baru, rasanya terlalu tebal, saya buang saja,” katanya ketika di check point sambil melepas kaos kaki warna hitamnya.

Setelah itu, Andersen langsung tancap gas menuju arah selatan, arah JLS. Waktu sekitar pukul 10 menuju setengah sebelas. Cuaca sedang panas-panasnya. Ditambah lagi angina yang bertiup cukup kencang, melawan laju para cyclist.

”Saat tiba di kawasan pantai JLS saya takjub, saya berhenti di beberapa spot untuk berfoto,” ucapnya.

Rupanya, tanjakan dan kondisi alam di JLS serta daerah Slawe cukup berat bagi Andersen. Saat di JLS ada di urutan ketiga, namun saat finis ia di urutan kelima. Ia disalip John Boemihardjo dan Rudi ”Cepu” Rustanto.

Meski keluar dari top three, Andersen puas ikut Journey to TGX. Di Pendopo Kabupaten Trenggalek, ia makan dua porsi soto. Ia bilang lezat. ”Saya akan ikut lagi tahun depan, gowes dan pengalaman yang luar biasa,” tutupnya.(*)

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Ladies Baja CC, Diracuni Bapak-Bapak Baja CC
Kado Pensiun Cavendish: Menang di Singapore Criterium
Super Magnesium; Material Pesaing Karbon?
Tips Setting Rantai Hub Gear dan Lepas Roda Belakang Brompton
Mark Cavendish Resmi Gantung Sepeda
Sold Out, Ini Cara Dapatkan Slot Bromo KOM Lewat Jalur Bundling, Kuota Terbatas!
Shimano CUES, Ekosistem Baru Pengganti Grupset di Bawah 105
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Alur Pendaftaran Cyclist Internasional Mainsepeda EJJ 2025