Menjelang akhir tahun ini mari kita berkilas balik. Sedikit me-review apa yang terjadi di tahun ini sebagai referensi langkah-angkah apa saja yang akan kita lakukan untuk tahun-tahun mendatang.
Yang jelas di tahun ini, yang pasti “gowes mbambung” makin marak. Apa itu gowes mbambung?
Menurut kamus Indonesia yang belum diresmikan, gowes mbambung ini adalah gowes di mana perlu waktu yang cukup lama untuk mencapai garis finisnya.
Paling sedikit 200 km kira-kira. Bahkan sering lebih ada yang sampai 1.000 km lebih seperti di EJJ, Audax, Bentang Jawa, dan yang lainnya.
Ada yang menamakan gowes mbambung ini dengan ultra cycling. Tapi sering kali temen-temen saya bilang, Om Ray lagi mbambung lagi.
Kenapa begitu? Kenapa gowes jauh ini kok identik dengan mbambung? Menurut saya ada beberapa alasan, antara lain…
1. Sepedaannya lamaaaaa
Biasanya orang akan bersepeda ya bisa dibilang dua sampai 4 jam ya. Ini rata-rata yang biasa dilakukan orang berolahraga ingin sehat.
Tapi kalau kita melakukan sepedaan jarak jauh ini, paling cepat selesai itu nunggu matahari tenggelam. Biasanya begitu.
Bahkan ada yang sampai berganti purnama beberapa kali nggak pulang-pulang. Intinya kaya orang bambung yang tidak punya rumah.
2. Tidur di mana saja
Bila badan sudah terasa letih, maka tidur pun bisa di mana saja. Bila beruntung maka bisa menemukan tempat berteduh yang layak.
Menemukan kursi atau sofa untuk dibuat tidur. Tapi tidak ada jaminan! Saya pernah tidur di minimarket, di pos kampling kosong, tempat istirahat sopir truk, atau di depot tempat makan - bila beruntung.
Intinya bisa di mana-mana saja seperti orang mbambung.
3. Dekil
Seringkali walau waktunya cukup panjang, mandi adalah hal yang mewah. Kalaupun kita sempat mandi, maka cepat sekali saya menjadi dekil sekali di jalan karena asap truk yang hitam sering menghiasi muka.
Walau Natal hanya ada di bulan Desember, tapi saya sudah sering jadi pit hitam karena kena asap truk dan debu jalanan.
Itu tiga alasan mengapa layak disebut gowes mbambung. Dan mungkin masih banyak hal lain yang membuat bersepeda jarak jauh ini identik dengan mbambung.
Tapi anehnya kok semakin diminati ya? Ya ternyata manusia seperti itu.
Ketika kita ingin menjadi sultan, maka kita terikat tugas sehari-hari. Tugas yang membuat fisik begitu penat, begitu kaku terikat di kursi. Dari meeting ke meeting yang lain. Duduk di depan komputer/tablet/hape berjam-jam lamanya. Atau harus melihat setumpuk dokumen.
Semua itu membuat lelah! Rutinitas itu begitu menjenuhkan. Maka kita perlu sesuatu yang menjauhkan kita dari semua itu.
Panas matahari langsung, penggantikan suhu ruangan yang dingin. Kenyamanan menaruh badan digantikan oleh ketidaktentuan kapan kita bisa berhenti.
Bahkan memejamkan mata pun berganti dengan tempat yang tidak seperti biasanya. Menurut saya, badan dan psikologis kita perlu mencari keseimbangan. Mencari balance yang bisa membuat manusia menjadi seutuhnya. Sehat jasmani dan rohani.
Saya hanya mengingatkan satu: bila hal ini dilakukan terus menerus, maka jangan kaget kalau keadaannya malah menjadi tidak seimbang. Lalu jadi permanen. Dan menurut saya tidak ada yang mau seperti itu. Sekian.(Johnny Ray)