Ineos Grenadiers, dulu Team Sky, harus memulai fase baru tanpa Dave Brailsford. Setelah 15 tahun, pada 2009 lalu ikut mendirikan Team Sky, pria Inggris itu harus pergi untuk mengurusi proyek yang lebih besar. Ia meninggalkan posisi team principal Ineos Grenadiers, untuk mengurusi raksasa sepak bola dunia, Manchester United.
Bahwa Brailsford sudah sibuk dengan urusan sepak bola, sebenarnya sudah terjadi cukup lama. Aktivitasnya di tim sepeda Ineos Grenadiers, banyak dikurangi setelah ia ditugaskan menjadi direktur olahraga di perusahaan holding Ineos. Itu adalah perusahaan milik konglomerat Inggris, Sir Jim Ratcliffe. Di bawah holding Ineos itu salah satunya ada klub sepak bola asal Prancis, Nice.
Nah, sejak Desember lalu, di saat Ratcliffe dan Ineos getol menuntaskan akuisisi 25 persan saham Manchester United, Brailsford banyak dilibatkan. Ia pun semakin tidak punya banyak waktu untuk mengurusi tim balap sepeda Ineos. Sampai akhirnya, Jumat lalu (19/1), nama Brailsford tidak ada lagi di susunanan manajemen Ineos Grenadiers. Itu berselang tiga pekan dari akuisisi Ratcliffe atas 25 persen saham Manchester United pada 24 Desember 2024.
Brailsford (kanan) dan Rod Ellingworth mengamati Geraint Thomas dan Edvald Boasson Hagen dalam training camp Team Sky pada 2010.
Brailsford adalah nama dibalik sukses besar Team Sky. Ia merebut tujuh gelar Tour de France bersama Bradley Wiggins, Chris Froome, Gerant Thomas, maupun Bernal. Dua gelar grand tour lain, Vuelta a Espana dan Giro d’Italia, juga pernah dijuarai Team Sky dan Brailsford. Team Sky benar-benar menciptakan standar baru dalam pengelolaan tim sepeda pro.
Sampai tahun terakhir bernama Team Sky pada 2018, tim tersebut masih begitu hebat. Geraint Thomas saat itu "dipilih" menjadi juara umum Tour de France, di saat di tim itu juga masih ada Chris Froome. Seperti terlihat di foto A, saat Brailsford tos sampanye dengan Thomas dan Froome jelang dimulainya etape penutup Tour de France 2018.
Adalah media terkemuka Inggris Telegraph yang paling awal memberitakan tentang kepergian Brailsford dari Ineos Grenadiers. Di tahap awal ini, Brailsford akan ditugaskan melakukan audit keuangan Manchester United. Itu adalah langkah awal Ratcliffe, karena pembelian saham 25 persen Manchester United itu disertai kewenangan dan tanggung jawab untuk menjalankan operasional klub.
Kepergian Brailsford kian menambah panjang daftar perginya orang lama dari Ineos Grenadiers. Beberapa bulan lalu, Rod Ellingworth lebih dulu pergi. Ini adalah kali pertama dalam sejarah Ineos Grenadiers sejak mereka berdiri, tidak ada Brailsford dan Ellingworth di tim tersebut. John Allert, CEO baru Ineos Grenadiers, akan menjadi penentu masa depan tim. Apalagi, tahun ini adalah tahun terakhir kerja sama mereka dengan brand sepeda Pinarello.
Pihak holding Ineos membantah kabar bahwa Brailsford akan sepenuhnya meninggalkan tim balap sepeda Ineos Grenadiers. ”Dave kini bos di Ineos untuk seluruh olahraga,” kata Oli Cookson dari jajaran direksi holding Ineos sebagaimana dilansir GCN. ”Tidak ada perubahan besar, dia (Brailsford) masih kontak dengan kami, kini ia bekerja untuk seluruh cabag olahraga, termasuk sepeda,” lanjutnya.
Ratcliffe memang konglomerat yang sangat ambisius di dunia olahraga. Dia punya saham di banyak organisasi raksasa di dunia olahraga. Di ajang Formula 1, ia punya saham di tim raksasa Mercedes yang menjadi pesaing utama Red Bull dlam satu dekade terakhir. Red Bull pun sebenarnya juga memiliki saham di beberapa klub sepak bola Eropa. Karena itu, jika musim ini Red Bull juga membeli saham Bora Hansgrohe, maka ”pertarungan” Ratcliffe dan Red Bull akan terjadi di banyak olahraga, setidaknya di Sepak bola, Formula 1, dan balap sepeda. (Mainsepeda)