Dokter Dedi Achmad Zaelani, Sp.B.SubBVE pribadi yang pantang menyerah. Gagal menuntaskan tantangan 600 km East Java Journey (EJJ) 2023, tahun ini ia ikut lagi. Tetap di kategori 600 km, dokter spesialis bedah vascular itu bertekad menuntaskan East Java Journey 2024 di bawah cut off time.
Sehari-hari, dr Dedi berdinas di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta, RSPAD, dan Rumah Sakit Polri Kramatjati. Rajin gowes sejak pandemi. Setelah pandemi, ketia kesibukan sudah kembali normal, pria asli Ponorogo itu ternyata tetap keterusan suka gowes. Bersepeda dengan rekan-rekan sejawat, semakin kesini semakin jauh sepedaannya.
”Di East Java Journey tahun ini, bisa dibilang saya remedi, tahun lalu saya gagal finis,” kata dr Dedi saat dihubungi Mainsepeda. ”Semoga tahun ini bisa lulus, cumlaude,” lanjutnya.
Dokter Dedi lantas mengisahkan bagaimana perjuangannya tahun lalu. Karena belum berpengalaman sepedaan jaarak jauh, dia menggunakan ban ukuran 32 mm. Ban itu baru saja dibeli, khusus untuk ikut EJJ. Ternyata, menggunakan 32 mm, dalam kondisi tidak terbiasa, cukup menyulitkan. Terasa berat, dr Dedi pun gowes tidak secepat biasanya.
”Selain ban, saya juga sempat mengalami kendala dengan bikecomp, nyasar cukup jauh. Saya menuju checkpoint di Madiun sudah malam, hujan lagi, itu membuat saya harus sering berhenti untuk membersihkan kacamata yang buram kena air. Tiba di check point 1 melewati batas waktu, saya pun tidak melanjutkan,” kenangnya.
Menjelang EJJ 2024 bulan depan, dr Dedi mempersiapkan diri lebih baik dibandingkan tahun lalu. Setiap hari ia gowes. Pagi tadi (24/1), bersama teman-temannya gowes sampai Depok sejauh 60 km.
”Selain latihan, saya juga selalu gowes ketika berangkat dan pulang kerja, baik itu keRumah Sakit Pondok Indah, RSPAD, maupun RS Polri. Karena tidak banyak waktu latihan, ya ini latihannya menyambut EJJ,” papar dr Dedi.
Dalam sebulan ke depan, dr Dedi akan menimbang ban ukuran berapa yang paling pas. Apakah 32 mm, 30 mm, atau 28 mm. Ia tidak mau lagi terhambat karena salah pilih atau tidak terbiasa dengan satu ukuran ban seperti tahun lalu.
Dokter Dedi juga punya keyakinan sendiri soal bersepeda jarak jauh. Menurut dia, sebisa mungkin menghindari mampir ke rumah saudara atau kerabat yang ada di sepanjang rute. ”Percaya deh, kalau memoir ke rumah saudara pasti akan lama, ditawari makan, ujung-ujungnya kita dibilangi, ngapain kamu capek-capek sepedaan ratusan kilo. Jadi mending setelah event saja mampir ke rumah saudara,” kata dr Dedi lalu tertawa.
East Java Journey 2024 adalah event ultra cycling yang diselenggarakan Mainsepeda. Memasuki edisi kedua tahun ini, akan ada dua kategori, 600 km dan 1.500 km. Seperti event mandiri lainnya, di EJJ 2024 peserta tidak boleh mendapatkan support, semua perlengkapan dan kebutuhan harus dibawa sendiri. Namun, panitia akan memberikan sentuhan layanan di setiap check point. Di sana disiapkan makanan ringan, minuman, mekanik, sampai fisioterapis. Layanan itu tahun lalu sangat diapresiasi para peserta.
EJJ 2024 yang akan diselenggarakan 26 Februari sampai 3 Maret nanti akan membawa peserta menjelajahi keindahan alam Jawa Timur. Juga keramahan dan kehangatan warganya. (mainsepeda)