Setahun terakhir ini Brigjen (Purn) DR Ardiansyah Triono kesengsem bersepeda jauh-jauhan (ultra cycling). Sedikitnya selama kurun 2023, ia melakoni bersepeda jarak jauh lima kali. Menariknya, di usia yang tak lagi muda -62 tahun- semua itu ia jalani sendirian. Solo. Tanpa teman. Tanpa pengawalan dan support apapun.
Hobi baru bersepeda jarak jauh itulah yang membuat Ardiansyah memutuskan ikut East Java Journey 2024. Ia memilih full journey atau 1.500 Km. Solo, bukan pair. Ia tentu masuk kategori Men 40 and up.
Mainsepeda pertama kali bertemu Ardiansyah saat ia menjadi salah satu peserta yang datang awal di pengambilan starter kit Antangin Bromo KOM Challenge 2023. Ketika itu ia datang sendiri. Sembari menunggu antrean, ia membagikan cerita soal hobi bersepedanya.
Ternyata purnawirawan jenderal yang lama bertugas di Komando Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus) tersebut termasuk "cyclist produk pendemi". Ia baru aktif bersepeda saat pandemi datang. Kebetulan saat pandemi datang ia belum lama purna tugas. Sehingga banyak waktu luang yang bisa dimanfaatkan untuk bersepeda.
Event sepeda pertama yang ia ikut ya Antangin Bromo KOM Challenge 2023 itu. Sebenarnya Ardiansyah sudah ingin ikut sejak Bromo KOM Challenge 2022, namun tak kebagian slot.
Baca Juga: Ambil Starter Kit Sendiri Paling Awal, Purnawirawan Jenderal Kopassus Siap Debut
Ardiansyah Triono ketika mengikuti Antangin Bromo KOM Challenge 2023.
Setelah ikut Bromo KOM Challenge 2023, pria dengan gelar doktor dari Universitas Brawijaya tersebut makin rajin ikut event. Terutama event Mainsepeda. Ia tercatat menjadi peserta Kediri Dholo KOM Challenge 2023. Juga menjadi peserta di Journey to TGX 2023.
"Tapi kelihatannya saya kurang bakat di event-event KOM (King of Mountain, atau event bersepeda menanjak)," ujarnya.
Sebenarnya, keikutsertaan Ardiansyah di event-event KOM Mainsepeda cukup kompetitif. Buktinya, ia selalu lolos cut off time (COT).
Pria yang pernah mengemban jabatan Komandan Komando Resor Militer 083/Baladhika Jaya (Danrem 083/BDJ) itu merasa lebih tertantang ketika ikut event-event ultra cycling.
"Mungkin saya bisa merasa nostalgia ketika masih jadi prajurit Kopassus," canda pria yang sementara ini menjadi salah satu peserta tertua di EJJ 2024 itu.
Ia kemudian bercerita, seorang prajurit TNI, termasuk personel Kopassus pasti pernah mengikuti Uji Terampil Prajurit (UTP). Konsep ujian itu sama seperti ketika cyclist mengikuti event ultra cycling. Sama-sama dilatih survive.
Bedanya, dalam UTP seorang prajurit Kopassus diharusnya jalan kaki sendirian. Menghadapi medan hutan selama 12 hari, yang kebanyakan harus dilalui saat malam.
Ardiansyah Triono berangkat start di Kediri Dholo KOM Challenge 2023.
Baca Juga: Dzaki Wardana Sudah Panasi Mesin Sambut East Java Journey 2024 Kategori 1.500 KM
Di EJJ 2024 ini Ardiansyah mengaku tak mematok target khusus. Ia hanya ingin finish bahagia.
"Mengenai catatan waktu, nanti lihat saat di jalan. Pokoke mancal sak ngantuke (yang penting gowes sampai datang ngantuk)," terang pria yang terakhir kali menjabat sebagai perwira tinggi ahli KASAD bidang ideologi dan politik itu.
Meski tak mematok target khusus, Ardiansyah tetap menyiapkan planning latihan khusus untuk EJJ 2024.
"Mau nyoba rute separo EJJ dulu. Kan masih ada waktu sekitar sebulan. Rencana gowes Surabaya ke Banyuwangi balik ke Malang lewat JLS," ungkap pria yang berdomisili di Malang itu.
Baca Juga: Mainsepeda Finalisasi Rute East Java Journey 2024, Siap Sajikan Challenge Baru
Sebelum ini, Ardiansyah memang sudah cukup intens gowes jarak jauh sendirian.
Ia sempat gowes dari Malang ke Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Waktu itu ia tempuh dalam tujuh hari. "Lama, karena diniati sekalian liburan," katanya. Saat itu ia berangkat dengan rute Bali sisi utara. Sedangkan pulangnya ia memilih lewat Bali selatan.
Ia juga sempat gowes Malang-Jogja. Pulangnya, ia penasaran melewati rute Kediri Dholo KOM Challenge 2024. Alhasil ia sempatkan mampir ke Kediri dan nanjak ke Dholo. Sebelum akhirnya balik pulang ke Malang.
Ia juga sempat gowes Malang-Trenggalek-Malang. Berangkat lewat jalur Nganjuk dan Madiun. Pulang lewat Jalur Lintas Selatan (JLS).
Setelah itu ia mencoba gowes dengan rute yang tidak datar dari Malang menuju Ijen, Banyuwangi. "Pulang-pergi digowes, tapi sempat nginep di Ijen karena kondisi hujan deras, bahaya turunnya. Waktu itu saya penasaran saja karena gak sempat ikut Ijen KOM-nya Mainsepeda (Banyuwangi Bluefire Ijen KOM Challenge)," jelasnya.
Terakhir, Ardiansyah gowes jauh dari Surabaya-Trenggalek saat itu Journey to TGX 2023. "Hampir tiap minggu saya kan juga ada keperluan ke Surabaya. Kalau tidak naik mobil ya sepedaan," imbuh pria kelahiran Surabaya itu.
Ardiansyah mengaku selama ini termasuk yang tidak senang gowes jauh dengan banyak barang bawaan. "Seringkali hanya pakai satu jersey. Saya terbiasa gitu sejak jadi tentara," ujarnya.
Ia kemudian kembali berkisah saat masih menjadi prajurit Kopassus pernah mengikuti operasi di Timor-Timor. Itu adalah sebuah operasi rahasia.
Dalam operasi itu, prajurit Kopassus dilepas di hutan, diharusnya tak terlihat siapapun. Juga tidak meninggalkan jejak apapun! Operasi itu dijalani dengan barang bawaan yang sangat minim.
Dalam 10 hari mereka juga tidak boleh mandi, tidak boleh masak makanan, bahkan merokok sekalipun tidak boleh. "Jadi bau kita sudah seperti bau hutan. Nah, saya ingin bernostalgia seperti itu lagi dengan mbolang ikut EJJ ini. Gak usah bawa barang banyak-banyak," kelakarnya.
Ardiansyah mengaku hanya bawa barang-barang yang sifatnya untuk safety. Termasuk ia baru saja membeli jaket tahan hujan, produk SUB Jersey.(mainsepeda)