"Hah...saya termuda?" begitu jawaban Anshori Tsani begitu ia diberi tahu bahwa ia menjadi salah satu peserta termuda di East Java Journey 2024. Ya, cyclist 28 tahun itu memang sejauh ini termasuk peserta termuda di EJJ 2024.
Ternyata, salah satu alasan Anstsani -sapaan akrab Anshori Tsani- ikut EJJ 2024 juga terkait usia. "Kalau ditanya alasan ikut EJJ, yang pertama banget sih saya ingin punya cerita hari tua nanti," ungkapnya.
Sejak aktif bersepeda, Anstsani memang berupaya melakukan sesuatu yang menurutnya harus dilakukan saat ini. "Mumpung badan kayanya lagi kuat-kuatnya, dibanding tahun-tahun lalu. Takutnya kalau nahan, tahun-tahun berikutnya sudah lebih lemah atau bagaimana kan kita tidak tahu," jelas cyclist kelahiran Lamongan itu.
Di luar faktor stamina, Anstsani merasa penasaran dengan rute EJJ 2024. Ia belakangan juga aktif bersepeda jarak jauh. Namun belum ada yang sejauh rute 1.500 km di Full Journey EJJ.
"Pernah ikut event yang sifatnya endurance, tapi hanya 200 km sampai 400 km," ucapnya.
Baca Juga: Tak Lagi Takut Gowes Malam, dr. Bambang Debut di East Java Journey 2024
Anstsani sendirit tak punya target khusus harus menyelesaikan dalam beberapa hari. Yang penting finis sebelum cut off time (COT). Hal itu bukan karena ia tak bisa mengukur kemampuannya, tapi lebih karena faktor adanya keinginan untuk menikmati keindahan rute yang dilewati.
"Saya ingin sembari ngonten," kelakarnya. "Lihat Instagram saya kan isinya goweser konten," candanya.
Salah satu spot yang dibidik menjadi background kontennya adalah keindahan Gunung Semeru. Ia sekarang masih coba mengutak-atik strategi agar ketika melewati rute dengan view Gunung Semeru bisa dapat magic hour.
Tidak menargetkan catatan waktu sudah diniatkan Anstsani sejak awal. Terbukti ia mengajukan cuti ke kantor untuk mengikuti EJJ ini selama sepekan.
Ia terang-terangan mengajukan izin cuti seminggu untuk gowes mengikuti EJJ 2024. "Perizinan kerja aman, Om. Yang sempat tidak aman itu visa dari istri," candanya. Seiring waktu, skill negosiasinya berhasil meyakinkan istri. "Tapi tagihan jalan-jalan bertambah, Om," ungkapnya.
Anshori Tsani saat mengikuti Kediri Dholo KOM Challenge 2023, ia finis urutan 11 di kategori Men Age Category 25-29.
Baca Juga: Putuskan Ikut EJJ 2024, Brigjen (Purn) Ardiansyah: Nostalgia Operasi Kopassus
Anstsani mengaku secara garis besar paham dengan rute EJJ 2024. Ia pernah gowes di beberapa kota dan kabupaten yang dilewati rute EJJ 2024.
"Yang belum pernah dan belum ada bayangan itu Jember-Malang," katanya. "Tapi kalau gowes di Malang selatannya pernah," imbuh Anstsani.
Meski tak menargetkan catatan waktu, tapi Anstsani tetap rajin berlatih. Latihan rutinnya standar setiap hari 50 km. Kadang masih ditambah dengan nge-zwift sore atau malam hari.
"Tidak saya paksakan karena degdegan juga mau gowes jauh takut overtrain malah jadi sakit nanti," terang cyclist yang musim lalu tercatat sebagai peserta Trilogi Jatim 2023 (Bromo KOM, Ijen KOM, dan Dholo KOM) itu.
Selain latihan dan mengatur strategi jarak tempuh, Anstsani juga masih utak-atik perbekalan.
"Niatnya minimalis sih. Saya banyak belajar Om Janu Joni. Mungkin saya nanti bawa dua jersey saja. Terus lagi nyoba aerobar, kata orang-orang kok nyaman untuk gowes jarak jauh," pungkasnya.(mainsepeda)