Ingin Balas Dendam di Giro d’Italia

| Penulis : 

Minggu malam, 16 September. Simon Yates hanya perlu tampil hati-hati, memastikan diri mencapai garis finis di Etape 21 Vuelta a Espana 2018. Ini “etape parade,” sangat datar, dirancang sebagai pesta perayaan juara yang berakhir dengan sprint finish.

Kalau segalanya berjalan lancar, Simon Yates akan finis aman dan nyaman di dalam peloton. Kemudian merayakan bersama rekan-rekannya di Mitchelton-Scott. Saat itulah, dia resmi menjadi juara Vuelta a Espana 2018.

Dia melengkapi sukses Inggris tahun ini, menempatkan tiga pembalap negeri itu sebagai juara di tiga grand tour 2018. Chris Froome juara Giro d’Italia, Geraint Thomas juara Tour de France, dan sekarang Simon Yates juara Vuelta a Espana.

Ini sesuatu yang belum pernah terjadi dalam sejarah panjang balap sepeda dunia.

Yates, 26, praktis sudah mengunci gelar tersebut saat finis ketiga di Etape 20, etape penuh tanjakan di kawasan Andorra. Saat melewati garis finis, dia hanya menundukkan kepala lalu tersenyum lebar. Tidak ada selebrasi berlebih, masih sangat ingat kalau masih ada etape penutup di Madrid.

Dalam jumpa pers usai Etape 20 itu, Yates mengungkapkan kelegaan tersebut. Bahwa dia mampu memenuhi potensi, menjadi seorang juara grand tour.

Dia belajar banyak di Giro d’Italia, Mei lalu. Waktu itu dia tampil agresif, tampil dominan. Memimpin lomba hanya dengan beberapa etape tersisa. Tapi kemudian dia kolaps. Kelelahan.

Di La Vuelta, dia –dan Mitchelton-Scott-- memastikan supaya Yates bisa menahan diri sampai akhir. Berkali-kali tim itu mengingatkan Yates untuk tidak melakukan attack. Tidak perlu menang banyak etape, yang penting menang di akhir lomba.

Yates memang hanya menang satu etape (Etape 14). Bahkan di Etape 18, dia punya kans menang, tapi membiarkan Thibaut Pinot (Groupama-FDJ) meraihnya. Dia tak mau membuang energi berlebih, harus mengamankan, bukan menguasai.

“Sepanjang lomba, saya benar-benar berusaha tenang. Saya mengontrol segala upaya saya, dan itu benar-benar berbuah besar di akhir lomba,” ungkapnya.

Bahkan, bukan hanya Simon Yates yang “ditahan” oleh Mitchelton-Scott. Tim berbendera Australia itu juga memastikan saudara kembar Simon, Adam Yates, menyimpan energi di dua pekan pertama.

Baru saja ikut Tour de France, Adam Yates memang bertugas jadi pendamping bagi Simon di La Vuelta. Lebih spesifik lagi, Adam Yates adalah pendamping utama di pekan terakhir.

Baru pada Etape 17, 18, dan 19, Adam Yates dimaksimalkan perannya untuk mengawal Simon Yates sedekat mungkin ke garis finis. Adam Yates juga bertugas menetralisir serangan pesaing.

“Kami menurunkan senjata rahasia kami, Adam, di km-km terakhir. Itulah sebabnya kami menyimpan dia hingga bagian akhir lomba,” tandas Simon Yates.

Nah, sebagai juara Vuelta a Espana, orang pun langsung bertanya, apa target Simon Yates setelah ini. Menjadi penakluk Team Sky dan mengejar juara Tour de France?

Ternyata, Simon Yates tak ingin terburu-buru ke sana dulu. Dia merasa masih punya hutang di Italia. “Rasanya, saya ingin kembali ke Giro (d’Italia). Saya punya unfinished business di sana,” pungkasnya. (mainsepeda)

 

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Alur Pendaftaran Cyclist Internasional Mainsepeda EJJ 2025
Cyclist Favorit: Habibie Jebolan EJJ Gowes Sampai ke Mekkah
Kolom Sehat: MTB
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Barang Bawaan Peserta Journey To TGX 2024 Dikirim ke Trenggalek Gratis
Tips Merakit Gravel Bike dengan Harga Terjangkau
Inilah Rute Journey To TGX 2024, Jarak Sama COT Bertambah
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji