Turun di ajang ultra seperti East Java Journey (EJJ) 2024 membutuhkan kesiapan fisik dan mental. Perencanaan sudah matang, fisik sudah oke, tapi di tengah jalan tiba-tiba “salah jurusan”. Mau menyelesaikan balapan atau menyerah saja?
Itulah yang dialami cyclist I Nengah Dwijaya Utama, peserta EJJ kategori 600 km. Dia tersesat hingga menyimpang dari jalur sejauh 35 km. Masalahnya, regulasi EJJ menyebutkan bahwa jika seorang peserta keluar jalur yang ditentukan, maka dia harus kembali ke titik awal untuk "menyambung" ke jalur yang dia tinggalkan. Jika tidak, ia harus menerima sanksi berupa penalti waktu atau bahkan diskualifikasi.
Setelah baru menyadari bahwa dirinya keluar jalur sejauh 35 km, Nengah harus kembali lagi ke lokasi dia salah mengambil belokan. Ada tenaga dan waktu yang terbuang di sepanjang 70 km tersebut.
Dalam situasi itu, mental dan fisik Nengah diuji. Tenaga dan waktu yang dia curahkan sepanjang 70 km ternyata sia-sia. Tak sedikit yang memilih balik badan jika merasakan apa yang dirasakan Nengah Dwijaya Utama.
Nengah terpantau keluar dari jalur oleh tim Mainsepeda pada pukul 10.05 WIB, Minggu 3 Maret 2024. Ia yang seharusnya belok kiri di pertigaan Awar-awar Desa Mancon, Nganjuk, tapi tetap lurus ke arah Kota Nganjuk.
Tim Mainsepeda sudah mencoba untuk memperingatkan Nengah via aplikasi pesan singkat. Namun, ia tak menyadarinya karena telpon genggam miliknya di dalam tas. Tim akhirnya memutuskan untuk mendatangi Nengah agar tidak tersesat lebih jauh. Singkatnya pada pukul 12.13 WIB, Nengah sudah di trek awal sebelum ia tersesat lantas melanjutkan perjalanan.
Situasi ini membuat target waktu finis Nengah berantakan. Ia pun menyadari akan melebihi Cut-Off Time (COT), tapi memilih tetap menyelesaikan EJJ 2024.
"Karena di checkpoint 2 saya tidak tidur. Jadi di jalan mengalami microsleep, udah beberapa kali. Saya kemudian mencoba tidur di Gazebo, baru bangun malah salah jalan," ungkapnya.
I Nengah sedang melalui jalur gravel bersama Albertus Rudy Wijaya.
Nengah akhirnya membukukan waktu melebihi COT dengan finis pada pukul 21.43 WIB, Minggu malam. Sedangkan, batas waktu untuk menyelesaikan tantangan EJJ 2024 adalah pukul 21.00 WIB. "Sebenernya saya menargetkan sore sampai finis," katanya.
Meskipun gagal sampai garis finis tepat waktu, Nengah mengaku keikutsertaannya di EJJ 2024 sangat berkesan.
"Hari pertama itu kebut-kebutan karena hujan di Nongkojajar. Hujan turun itu habisin waktu, terus saya mepet COT-nya di CP 1, kira-kira jam 23.42 WIB, cuma sisa waktu 18 menit. Tapi overall unforgetable," ujarnya.
"EJJ saya pikir ultra cycling di Indonesia yang walaupun masih berumur dua tahun, saya pikir ini punya potensi kita kembangkan ke level regional," imbuhnya.
Nengah juga mengaku dirinya tak kapok mengikuti event-event ultra cycling.
"Biasanya, orang habis finis ketika ditanya kapok apa tidak, mereka pasti bilang kapok. Padahal, jawaban tersebut tidak obyektif. Dulu saya ikut Audax sempet ngomong itu juga, saya kalau dikasih tiket gratis ikut Audax nggak mau, tapi seminggu kemudian berubah," jelasnya. (Mainsepeda)