Kolom Sehat: Paylater

| Penulis : 

Suatu ketika seorang teman -yang juga seorang pesepeda- sedang asyik melihat handphone-nya. Sesekali ia menanyakan spek sebuah part sepeda. Ternyata ia sedang browsing part sepeda idamannya di marketplace. Saat itu ia juga membandingkan pilihan brand ini-itu, atau yang lain lagi, sambil membayangkan part tersebut terpasang di sepedanya.

Setelah mencari bottom bracket, ia juga mencari stem. Katanya, stem-nya sekarang kepanjangan. Ia juga mencari pedal ber-power meter.

"Wah banyak banget part yang kamu incar?" seloroh saya. Ia pun menjawab mumpung limit paylater-nya masih banyak. Ia ingin memakainya sebagian karena sudah lama ingin upgrade sepedanya.

Paylater? Secara harafiah artinya kan bayar belakangan atau nanti. "Emang bisa ya?" tanya saya.

Teman itu menjelaskan kalau ia mendapatkan limit sejumlah tertentu yang bebas dipakai untuk beli apa saja. Dan, limit yang diberikan padanya cukup besar. "Sayang untuk dilewatkan," ujarnya .

Setelah itu saya berpikir sendiri, produk-produk pinjam meminjam dana ini memang sekarang sudah pesat sekali. Sampai-sampai produk konsumtif pun demikian mudah diperoleh dengan dana-dana seperti ini.

Memang bagi yang keperluannya urgent, cara seperti ini bisa menjadi seperti tetesan embun di tengah padang pasir. Apalagi bila barang yang diidamkan itu sudah mulai menganggu tidur. Sampai terbawa bawa ke mimpi atau sampai ngigau. "…fulcrummm..fulcrummm..." misalnya begitu.

Daripada sakit, mungkin lebih baik beli ya. Tapi perlu sangat diingat, namanya saja paylater bukan notpay alias gretong alias gratis, jadi sejumlah apapun yang diambil, suatu saat pun juga harus dibayar. Dan tentu pembayarannya disertai dengan bunga, biaya admin, dan apapun itu namanya yang membuat nilainya bertambah menjadi lebih besar.

Kalau bagi saya mungkin seperti euforia ikut event. Waktu daftar happy, "Wah ikut event ini jaraknya jauh, event-nya lagi hits." Tapi keikutsertaan itu harus dibayar dengan kehadiran kan. Daftarnya gampang, sepedaannya ratusan kilo sampai nggak bobok-bobok itu yang berat.

Kalau paylater, belinya gampang tapi bayarnya juga perlu effort. Mampu atau tidak menyelesaikan kewajiban kembali ke masing-masing individu.

Jam tidur saya setelah mengikuti EJJ seperti jetlag ketika habis berpergian ke negara yang beda jamnya jauh. Saya mengantuk di jam-jam yang nggak mesti dan bisa terbangun di jam-jam yang harusnya saya tidur. Bah ini juga yang harus di-pay-kan akibat ikut event itu. Wkwkwkwk. Sekian.(Johnny Ray)

Populer

Kapolri Berharap Ayu Meraih Prestasi Lebih Tinggi
Warseno BRCC Raih KOM Karismatik Cycling Community di Madiun
Tips Memilih Komponen agar Sepeda Tampil Elegan
Kesalahan Cyclist Pemula: Duduk Mengangkang, Celana Dalam, atau...
Lapindo Loop, Rute Seru untuk Gravel Bike di Sidoarjo
Total Jarak Jadi 95 Km, COT Pukul 13.15 dan 13.30
Turun di 1.500 km East Java Journey 2024, Bembenx Target Finis Kurang dari 100 Jam
1500 EJJ 2024 Update – Hour 31: Semua Peserta Tersisa Diprediksi Capai CP 1 Under COT
600 EJJ 2024 Update Hour 30: Sampai Magetan, Kelompok 600 Terdepan Ketemu Cyclist 1500
1500 EJJ 2024 Update Hour 151: Tersisa 12 Cyclist, Terjauh di Tuban, Diprediksi Lolos COT