Gelar Bromo KOM dalam dua edisi terakhir sudah hilang dari genggaman cyclist asal Malang, Soetanto Tanojo. Dan tahun ini, ia ingin kembali mengambil singgasananya pada penyelenggaraan event Bromo KOM X yang digelar 18 Mei mendatang.
Soetanto berambisi besar untuk mengulang keberhasilannya memenangi Bromo KOM pada tahun 2019 dan 2020. Ia bahkan telah melakukan persiapan yang sangat matang dalam tiga bulan terakhir.
Saking ngebetnya, pria yang tergabung dengan komunitas Ratjoen CC ini pun menyiapkan porsi latihan yang sangat berat. Ia berlatih lima hari dalam sepekan dengan berbagai jenis latihan. Mulai dari gowes menanjak, long ride, dan latihan cadence.
"Saya juga pakai trainer. Latihan RPM (revolution per menit) 110. Untuk ketahanan jadi latihan indoor, pakai roller," kata Soetanto.
Soetanto saat beraksi di event Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM 2022.
Latihan cadence atau putaran pedal per menit dengan RPM 110 merupakan latihan yang sangat ambisius bagi Soetanto. Mengingat usianya kini sudah menembus 64 tahun. Untuk mencapai angka di atas 100, latihan yang harus dilakukan dengan sangat keras.
Cadence rpm lebih dari 100 dalam durasi yang lama biasanya hanya dikuasai oleh pembalap-pembalap profesional. Sedangkan, pesepada amatir yang bugar hanya dapat mencapai angka 80-90 rpm.
Baca Juga: Bromo KOM X Kategori Women Elite: Chika Zerra Berambisi Pertahankan Gelar
Ia bercerita telah belajar dari kesalahan yang menyebabkan penampilannya di Bromo KOM 2023 di bawah ekspektasinya. Ia harus puas finis sebagai peringkat ketiga.
"Saat itu latihan saya rubah. Saya baca itu lebih baik latihan indoor. Tapi malah hancur karena tidak terbiasa latihan napas di gunung, kalau di gunung kan oksigennya lebih sedikit. Jadi kesulitan," imbuhnya.
Tahun ini Soetanto menargetkan catatan waktunya di bawah 1 jam 50 menit jika ingin pulang sebagai juara. Catatan waktu ini harus lebih baik dari rekornya di Bromo KOM 2023, yakni 1 jam 59 menit 43 detik.
Sadi Hariono berambisi mendapatkan posisi podium di Bromo KOM X.
Selain Soetanto, cyclist Sadi Hariono juga berambisi naik podium pada kategori men 60+ di Bromo KOM. Namun, Sadi saat ini mengaku sedang fokus diet sembari berlatih. Cyclist 61 tahun ini menargetkan berat badannya di angka 63 Km sebelum penyelenggaraan Bromo KOM X. Saat ini, berat badannya 65 Km.
"Kalau di Bromo KOM berat badan berpengaruh. Mudah-mudahan bisa masuk podium," kata Sadi.
Baca Juga: Target David Mark Wilse di Bromo KOM X: Nggak Nuntun!
Selain kedua nama diatas, persaingan di kelas yang sama akan diramaikan pula dengan kehadiran jebolan East Java Journey (EJJ) 2024, Agus Amir. The Lansia, julukan Agus, tampil sebagai debutan di ajang Trilogi Jawa Timur, termasuk Bromo KOM X.
Agus Amir berhasil menuntaskan tantangan EJJ 2024 kategori 1.500 Km dengan under COT.
Pria asal Bontang ini mengaku fokus berlatih dalam rute yang memiliki elevasi yang tinggi. Sekitar 2000-3000 meter setiap latihan. Rute yang dipilih biasanya Bontang-Samarinda.
"Targetnya yang penting under COT (Cut Of Time) saja," kata Agus.
Di usia yang kini sudah menginjak 63 tahun, Agus membuktikan bahwa ia cyclist yang hebat. Bukti nyatanya tentu keberhasilannya menuntaskan EJJ 2024 1.500 Km dalam waktu 149 jam. 11 jam lebih cepat dari batas COT yang ditentukan pihak penyelenggara. (Mainsepeda)