Mayoritas peserta Bromo KOM hadir untuk merasakan sensasi tanjakan, berusaha survive dari cut off time (COT) yang ditetapkan panitia. Bagi yang belum pernah ikut, mungkin targetnya yang penting finish. Bagi yang sudah pernah ikut, mungkin targetnya ingin memperbaiki catatan waktu.
Nah, tidak sedikit pula yang datang tiap tahun ke Bromo KOM untuk mengejar prestasi. Meraih juara, minimal podium. Karena event ini mungkin memberi gelar KOM paling bergengsi di Indonesia. Apalagi, pengkategoriannya banyak. Di kategori kelompok umur, dibagi per lima tahun. Bahkan, di edisi Bromo KOM X ini untuk kategori perempuan ditambah lagi kategori 45+.
Bagi mereka yang ingin meraih kemenangan itu, tentu ada target waktu yang harus dicapai. Butuh seberapa cepat untuk mencapai garis finis dan naik podium?
SEGMEN RESMI
Kalau penasaran, di Strava segmennya tercatat sebagai "AA SoS Bromo KOM Challenge". Lokasi resminya dari kawasan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan, hingga Wonokitri di kawasan Bromo Tengger Semeru.
Panjangnya 23,9 km, dengan kemiringan rata-rata 6,9 persen. Karakternya konstan, menuntut ketahanan peserta dan kemampuan menjaga "irama" cadence dan kecepatan.
Bagian tercuram ada di akhir. Dulunya tembus 20 persen, tapi setelah jalan diperbaiki dan diaspal mulus, jadi "hanya" 18 persen. Itulah bagian klimaks sebelum finish.
Dalam 23,9 km itu, peserta akan menanjak dari ketinggian 155 m hingga 1.797 m. Itu berarti, total elevation gain-nya 1.658 meter. Jenis tanjakan seperti ini termasuk langka di Indonesia. Lebih banyak ditemukan di pegunungan Eropa.
REKOR WAKTU
Seperti ditulis founder event, Azrul Ananda, tanjakan Bromo KOM ini ada misterinya. Cuaca dan temperatur sangat bisa mempengaruhi catatan waktu.
Segmen resmi sendiri mulai dipakai sejak Bromo KOM 2018. Sebelum 2018, saat event ini masih bernama "Bromo 100", lombanya belum seserius sekarang. Segmen race baru dimulai di KUD Puspo. Hanya sekitar 17 km dari finish.
Pada 2018 pun, saat transisi dari Bromo 100 ke Bromo KOM, startnya tidak dari Surabaya. Langsung dari Kota Pasuruan. Baru pada 2019 event kembali start dari Surabaya. Catatan: Semua data waktu ini dari catatan resmi panitia, yang bisa berbeda dengan waktu di Strava.
Rekor waktu tercepat pun masih dicatat pada 2018 itu. Untuk kategori Men Elite, Dadi Suryadi mencatat waktu 1 jam, 15 menit, dan 46 detik. Sebagai pembanding, pada 2023 lalu, Abdul Soleh meraih kemenangan Men Elite dengan catatan waktu 1:17:38.
Di kategori Women Elite, pada 2018 Yanthi Fuchianty meraih kemenangan dengan waktu 1:48:58. Sedangkan rekornya dipegang oleh Chika Zerra, yang pada 2023 lalu mencatatkan 1:45:04.
Tentu saja, itu kategori Elite. Untuk kategori kelompok umur tentu tidak secepat itu. Tapi tetap mengesankan! Bagi kelompok di Men bawah 40 tahun, harus bisa mencatat waktu di bawah 1 jam 30 menit untuk naik podium. Men 40-44 dan 45-49, harus bisa di bawah 1 jam 35 menit. Sedangkan men 50-54, 55-59, dan 60+ harus bisa di kisaran 1 jam 45 menit hingga 1 jam 50 menit.
Julak Yayan, juara Men 60+ tahun lalu, mencatat waktu terbaiknya pada 2022 dengan catatan 1:46:52.
Untuk kategori kelompok umur Women (perempuan), catatan waktu kisaran 1 jam 50 menit hingga 2 jam dibutuhkan untuk meraih juara atau podium. Lusia, juara Women 40+ tahun lalu, mencatat waktu 1:56:20. Tahun ini, Lusia "naik kelas", pindah kategori Women 45+.
CUT OFF TIME
Sekali lagi, bagi mayoritas peserta, bisa mencapai garis finis di Bromo sebelum COT bakal menjadi pencapaian luar biasa. Dan sekali lagi, sangat sulit memperkirakan seperti apa cuaca dan temperatur ketika menanjak nanti.
Ketika event ini masih diselenggarakan di bulan Maret dan April, hujan sering menjadi tantangan. Bahkan kadang sampai ada air deras mengalir di tanjakan, membuat catatan waktu jauh lebih lambat (2020). Ketika digeser ke bulan Mei, harapannya cuaca lebih bersahabat, lebih stabil. Walau suhu panas dan kelembaban tinggi masih mengancam. Khususnya tahun ini, saat heat wave sedang melanda Asia Tenggara.
Manajemen diri sendiri menjadi kunci. Disiplin kecepatan sesuai kemampuan, disiplin asupan makan dan minum.
Cuaca ini pula yang akan menentukan apakah para juara nanti bisa memecahkan rekor di kategori masing-masing...(azrul ananda)
Juara 2023 dan Catatan Waktunya
Men Elite: Abdul Soleh, 1 jam 17 menit 38 detik
Men 25-29*: Denny Stevano, 1:27:51
Men 30-34: Firman Hidayat, 1:25:00
Men 35-39: Taufik Walhidayah, 1:26:53
Men 40-44: Jimmy, 1:35:49
Men 45-49: Deny Sudrajat, 1:37:40
Men 50-54: Sadiman, 1:48:54
Men 55-59: Guntur Priambodo, 1:53:34
Men 60+: Julak Yayan, 1:51:57
* Kategori 25-29 tahun ini berubah jadi Under 29
Women Elite: Chika Zerra, 1 jam 45 menit 04 detik
Women 30-34: Carini Sucipto, 2:00:23
Women 35-39: Priscillia Gunawan, 1:53:27
Women 40+: Lusia, 1:56:20
* Ada tambahan kategori Women Under 29
** Kategori Women 40+ dipecah jadi Women 40-44 dan 45+