Karena rute yang penuh tanjakan, Peter Sagan memang di ambang kehilangan gelar juara dunia. Tapi, dia baru saja meraih kontrak baru bersama Bora-Hansgrohe. Menjelang ajang Men Elite, UCI Road World Championship 2018, pembalap Slovakia itu menandatangani perpanjangan kontrak hingga 2021!
Sebenarnya, kontrak Peter Sagan yang sekarang baru berakhir pada penghujung 2019 nanti. Namun, tim Jerman yang disponsori perusahaan peralatan dapur (Bora) dan kamar mandi (Hansgrohe) itu tampaknya tak ingin repot. Langsung saja diteken hingga 2021.
Ralph Denk, team manager Bora-Hansgrohe (paling kiri) dan Peter Sagan (dua dari kanan).
Tentu saja Sagan senang. Apalagi, dia disebut sebagai salah satu pembalap termahal. Bahkan mungkin termahal. Nilai kontrak tidak disebut, tapi banyak yang bilang di kisaran 4 hingga 6 juta Euro per tahun.
“Saya sangat senang. Saya harus mengucapkan terima kasih kepada para sponsor karena mereka mempercayai saya. Saya merasa nyaman di tim ini. Saya senang di sini. Kami punya tim kuat. Jadi kenapa tidak (perpanjang),” kata sang juara dunia tiga kali.
Yang menarik, dalam pengumuman kontrak tak jauh dari Innsbruck, Austria, ini, Peter Sagan seolah menyampaikan rencana perubahan program di masa depan. Sekarang, pembalap 28 tahun ini lebih condong ke karakter “strong man,” melahap lomba-lomba Classic yang berat atau bertarung di adu sprint.
Ada kemungkinan, menuju usia matang atau puncak, Sagan akan “dikuruskan.” Lalu, dia dikondisikan untuk lebih jadi climber. Kalau tidak mengejar juara stage race (multi-etape), ya mengejar lomba-lomba yang condong menguntungkan climber. Misalnya, balapan Monument seperti Liege-Bastogne-Liege.
Kemungkinan ini disampaikan oleh Ralph Denk, team manager Bora-Hansgrohe. Dia tak sabar melihat Sagan terus mengembangkan diri bersama tim ini dalam tiga tahun ke depan.
“Peter bukan sekadar pembalap Classic. Dia mungkin bisa tampil di Giro d’Italia dalam tahun-tahun ke depan. Dia memulai karir di Italia jadi dia bisa kembali ke sana. Dia telah memenangi sejumlah lomba Classic besar, dan dia bisa segera menarget lomba-lomba lain seperti Liege-Bastogne-Liege atau bahkan Lombardia. Kami tak sabar menyongsong tiga tahun ke depan,” ujar Denk.
Wacana Sagan menjadi climber ini bukan hal baru. Waktu masih bersama Liquigas-Cannondale beberapa tahun lalu, potensi Sagan jadi pembalap lebih kurus pernah disampaikan. Termasuk dikondisikan menjadi seorang pemburu grand tour atau stage races.
Dan dalam karirnya, Sagan pernah menunjukkan “keajaiban” di tanjakan. Misalnya saat Tour of California 2015. Sagan mampu meminimalisasi kehilangan waktu di etape gunung sehingga merebut juara overall.
Petunjuk dari Bora-Hansgrohe ini tentu membuat Sagan semakin menarik untuk diikuti karirnya. Mungkin, inilah pembalap yang benar-benar all-rounder, seperti Eddy Merckx di zaman dahulu kala! (mainsepeda)
Foto : Bora-Hansgrohe, twitter Peter Sagan