Tadej Pogacar (UAE Team Emirates) seperti mesin kemenangan yang begitu dominan. Hanya selang sehari setelah menguasai etape 7 Giro d'Italia yang melombakan individual time trial, pembalap Slovenia itu kembali menguasai etape kedelapan di rute yang menjadi favoritnya, rute tanjakan.
Pogacar melakukan attack di puncak Prati di Tivo pada 250 meter jelang garis finis. Dia meninggalkan para penantang juara umum yang bertahan di grup terdepan dengan sprint menuju garis finis. Meninggalkan sembilan pembalap lainnya yang sudah kehilangan banyak tenaga setelah melahap sejumlah tanjakan sepanjang rute.
BACA JUGA: Giro d'Italia 2024, Etape 2: Taklukkan Tanjakan Santuario di Oropa, Pogacar Rebut Maglia Rosa
Etape delapan memang etape khusus untuk para penantang juara umum alias general classification. Sejauh ini jadi etape terberat Giro d'Italia, balapan melombakan rute tanjakan dengan elevation sebesar 3.850 meter dari total enam tanjakan. Dari enam tersebut, tiga di antaranya adalah tanjakan kategori tiga, dua, dan satu. Jelang finis di Prati di Tivo, para pembalap melahap tanjakan terakhir kategori satu. Membuat para climber harus menentukan kemenangan di antara mereka dengan sprint
“Saya awalnya tidak memperkirakan kemenangan ini. Tapi karena tim tampil dengan sangat baik sejak awal, saya mulai yakin. Di tanjakan final, saya melihat rekan setim saya seperti Domen Novak, Felix Grossschartner, dan Rafael Majka. Kondisi mereka masih sangat baik untuk bertarung di tanjakan final. Saat itulah saya percaya diri kami akan menang hari ini,” kata Pogacar dikutip dari Global Cycling News.
Baik secara tim maupun individual, Tadej Pogacar (UAE Team Emirates) tampil dominan di etape kedelapan Giro d'Italia.
Teamwork dari UAE Team Emirates di etape delapan memang sangat membantu Pogi, sapaan akrabnya, mencatatkan kemenangan keduanya di Giro d’Italia. Team Emirates terus berupaya mengontrol peloton. Beberapa tanjakan sepanjang rute berpotensi menciptakan breakaway yang jika tidak dikendalikan cukup berisiko bagi kemenangan Pogacar. Karena itu, tim terus berupaya mengendalikan pace rombongan besar.
Saat sekitar 25 pembalap melakukan breakaway, yang salah satunya dimotori Julian Alaphilippe (Soudal-QuickStep), Team Emirates terus berupaya mengejar hingga selisih waktu tersebut terus berkurang dari 2 menit menjadi hanya beberapa detik jelang tanjakan final.
BACA JUGA: Tadej Pogacar Melawan Dirinya Sendiri di Giro d'Italia 2024
Upaya tim Pogi cukup berhasil karena grup breakaway tersebut tidak terlalu solid hingga hanya menyisakan Valentin Paret-Peintre (Decathlon AG2R La Mondiale) di depan sendirian.
Rafael Majka yang mengawal Pogi, diikuti sejumlah pembalap lainnya, akhirnya berhasil menangkap Paret-Peintre di tanjakan paling berat di Prati di Tivo. Hingga balapan menyisakan 1,6 km, beberapa pembalap dalam rombongan Pogi berusaha melakukan attack. Sampai akhirnya di 250 meter final, Daniel Felipe Martinez (BORA-Hansgrohe) berakselerasi tapi Pogi langsung bereaksi dengan kekuatan yang tak bisa disamai siapapun dalam rombongan. Pogi sprint menuju finis meraih kemenangan keduanya.
Kemenangan tersebut sudah hampir mengunci gelar Pogi di Giro d’Italia. Sebab, hasil etape delapan membuat dia di puncak klasemen dengan selisih 2 menit 40 detik dari pesaing terdekatnya, Daniel Martinez. Selama tidak terjadi crash dan tetap menjaga selisih waktunya di etape tanjakan, Pogi bisa keluar sebagai juara Giro d’Italia dengan strategi bertahan. Yakni hanya menjaga selisih waktu dengan pembalap terdepan tanpa perlu memenangi etape. “Tapi tidak. Kami ingin memenangi semua etape,” katanya.