Antangin Bromo KOM X Jadi Ajang Comeback Jawara EJJ 2024

Handika sudah dua tahun meninggalkan event-event balapan kompetitif karena ingin fokus pada balapan ultra cycling. Tapi kini ia memutuskan comeback. Gelaran signature Mainsepeda Antangin Bromo KOM X 2024 pun dipilih cyclist 43 tahun ini untuk kembali menjajal balapan kompetitif. 

Sebelumnya Handika dikenal publik karena aksinya di balapan-balapan ultra. Event Paris-Brest-Paris 2023 menjadi salah satu pemantiknya. Pada ajang tersebut, Handika menyelesaikan rute sepanjang 1.200 km hanya dalam waktu 62 jam 23 menit. 

Handika tiba di check point 2 Blitar sebagai yang pertama di ajang EJJ 2024. 

Namanya semakin naik daun usai keikutsertaannya di East Java Journey (EJJ) 2024 1.500 km pada 26 Februari-3 Maret lalu. Gelaran yang juga diadakan oleh Mainsepeda ini berhasil dijuarai oleh Handika. Ia finis terdepan di kategori Men 40 and Up dengan catatan waktu 89 jam 22 menit 5 detik, padahal COT (Cut of Time) adalah 160 jam. 

"Setelah dua tahun lebih absen di event kompetitif race dan ini pertama kali saya ikut event kompetitif dari Mainsepeda," kata Handika.  

Baca Juga: Antisipasi Panas Ekstrem, Start Bromo KOM X Maju Pukul 05.30

PR besar bagi Handika ialah merubah karakteristik bersepedanya. Balapan kompetitif memerlukan kecepatan dan power yang lebih besar karena jarak yang lebih pendek. Sedangkan, balapan ultra lebih terfokus pada daya tahan.

Oleh karenanya, Handika menjalani latihan khusus. Ia menambahkan menu program latihan threshold untuk meningkatkan kekuatan otot dan denyut jantungnya. 

"Ini latihan ketahanan dengan intensitas tinggi. Penting buat saya mengingat saya seorang ultracyclist yang umumnya main di zona 2 detak jantung. Tapi di Bromo harus ada latihan ekstra karena Bromo KOM membutuhkan kecepatan," imbuhnya. 

Handika sesaat sebelum sampai di Check Point 2 Blitar. 

Selain itu, Handika juga menyiapkan sepeda aero. Sepeda jenis ini memprioritaskan sisi aerodinamis pada sepeda sehingga dapat mencapai kecepatan maksimal. Namun, sepeda aero juga memiliki kelemahan. Bahan tambahan yang dibutuhkan untuk membuatnya aerodinamis menambah bobot sepeda, sehingga membuat sepeda aero menjadi lebih berat.

Baca Juga: Antangin Bromo KOM X: Peserta dari 17 Negara, 31 Provinsi, 428 Komunitas

"Perlu latihan power ekstra karena sepeda aero lebih berat dan kaku daripada sepeda all-around pada umumnya," jelasnya. 

Pada penyelenggaraan Antangin Bromo KOM X sendiri, Handika menargetkan dirinya dapat tampil kompetitif di kelas Men Age 40-44. "Berusaha menjadi yang terbaik," tutupnya. (Mainsepeda)


COMMENTS