Juara nasional Taiwan KOM Challenge 2023 Huang Kuan Lin untuk kali pertama merasakan langsung siksaan tanjakan menuju Puncak Wonokitri di Bromo. Debutnya di Antangin Bromo KOM X itu berbuah peringkat ke-16. Namun, Huang banyak belajar dari pengalamannya merasakan langsung duel Men Elite di signature event Mainsepeda tersebut.
Huang menuturkan, untuk tampil sebagai penantang juara di Bromo KOM butuh kerja tim. Tidak bisa tampil sendirian. Ini dia rasakan saat melihat solidnya tim-tim yang turun di Men Elite. Terutama tim Nusantara dan Banyuwangi Road Cycling Club (BRCC).
Soliditas Nusantara dan BRCC berbuah performa impresif di balapan. Pembalap Nusantara bahkan menguasai peringkat satu dan dua Men Elite dengan Muhammad Ridwan dan Atsnan Maulana keluar sebagai juara satu dan dua. Sedangkan BRCC di peringkat tiga dengan Woro Fitriyanto.
Karena itu, Huang berjanji akan turun lagi di Bromo KOM. Tapi kali ini dia tidak akan sendirian. “Saya akan membawa tim ke sini. Situasinya akan berbeda dengan hasil kemarin karena kemarin saya sendirian,” katanya.
Huang juga mengaku kurang memahami medan. Kendati sebelum hari H dia sempat melihat lokasi balapan, namun pemahaman terhadap rute jelas kalah jauh dibanding pembalap dalam negeri. “Saya akan mengikuti Bromo KOM lagi dengan persiapan yang jauh lebih baik,” katanya.
Baca Juga: Fenny dikirimi Karangan Bunga, Soetanto Dapat Kejutan Tumpeng
Huang mengaku sempat keder dengan prediksi bahwa cuaca akan sangat panas. Ternyata, cuaca sangat bersahabat. Begitu balapan memasuki KOM start, cuaca cenderung dingin. "Saya pikir ini tidak sepanas yang saya duga. Lebih panas ketika saya berkunjung ke Indonesia sebelumnya," katanya.
Di luar balapan, Huang mengaku sangat menikmati event Antangin Bromo KOM X. Menurut dia, meski persaingan sangat ketat, jalannya acara berlangsung sangat menyenangkan. “Kami memang berlomba tapi vibe-nya happy terus dari awal sampai akhir. Banyak hiburan di jalan. Warga bersorak-sorak menyemangati kita. Siswa sekolah memberi tepuk tangan. Meriah sekali” katanya.
Huang juga kagum bagaimana peloton panjang dijaga untuk tetap steril. Dia jadi leluasa mengerahkan kemampuannya tanpa khawatir gangguan di tengah rute. “Mengorganisasi lebih dari seribu cyclist seperti ini benar-benar luar biasa,” katanya.
Huang memberikan perlawanan sengit sesaat bendera hitam-putih tanda balapan KOM dimulai. Ia terlihat bersaing dengan cyclist nasional seperti Woro Fitriyanto dan Muhammad Ridwan. Akan tetapi, perlawanan Huang mengendur di tengah perjalanan. Ia merampungkan tantangan KOM (King of Mountain) ini dengan rekor 1 jam 29 menit 30 detik. Tertinggal 14 menit dari sang juara, Muhammad Ridwan.
Baca Juga: Taiwan KOM dan Mainsepeda Sepakat Tingkatkan Kerja Sama
"Pembalap dari lokal tim sangat hebat. Mereka bekerja sama dengan luar biasa dan saya kesulitan karena sendirian," kata Huang seusai finis.
Huang adalah salah satu cyclist terbaik bertipe climber milik Taiwan. Ia selalu dapat berbicara banyak pada gelaran Taiwan KOM beberapa tahun terakhir. Pada 2021 Huang menjadi peringkat ketiga general classification (GC). Berikutnya, pada 2022 ia menjadi peringkat kedua GC, kalah dari John Ebsen (Denmark) yang menjadi juara. Lalu, pada 2023 ini, ia menjadi juara kategori nasional di Taiwan KOM Challenge, juga finis kelima di GC.
Taiwan KOM merupakan balapan nanjak yang paling brutal di dunia. Menempuh jarak 105 km dari kawasan pantai menuju puncak Gunung Wuling, para pembalap harus nanjak setinggi 3.275 meter dengan gradien maksimal 27,3 persen. Bandingkan di Bromo KOM yang maksimal tanjakannya hanya 18 persen.