Atlet Balap Sepeda Odie Positif Doping, IADO Terus Edukasi Bahaya Zat Terlarang

Baru-baru ini Indonesia Anti-Dopping Organization (IADO) merilis laporan adanya satu atlet balap sepeda yang terkena kasus doping. Atlet tersebut ialah Odie Purnama Setiawan. 

Odie disangkakan telah menggunakan zat terlarang atau doping berupa stanozolol metabolites 3'-hydroxy-stanozolol, 4ß hydroxystanozolol, 16J3-hydroxy-stanozolol. Zat-zat tersebut merupakan metabolit dari zat stanozolol yang tergolong dalam kategori S1 agen anabolik pada daftar zat terlarang tahun 2023. Zat-zat tersebut merupakan zat yang tidak muncul secara alami dalam tubuh dan termasuk ke dalam golongan bukan substansi spesifik.

Sederhananya Stanozolol merupakan steroid anabolik yang dapat meningkatkan massa otot dengan cepat. Pada umumnya, Stanozolol digunakan oleh binaragawan untuk membantu otot tidak hanya lebih besar, tapi juga lebih kuat.

Akibatnya, seluruh hasil  pertandingan Odie di berbagai event sepeda dari 23 Agustus 2023 sampai 16 April 2024 telah didiskualifikasi dan seluruh medali, poin atau hadiah yang diperoleh dalam periode tersebut dinyatakan dicabut. Selain itu, cyclist 27 tahun ini juga dilarang tampil di event-event olahraga apapun mulai berlaku sejak tanggal 16 April 2024 hingga 15 April 2027.

Odie (berdiri tiga dari kiri) di salah satu ajang balap sepeda.

Sanksi atau pencabutan prestasi menjadi momok atlet profesional. Tapi bagi olahragawan amatir atau penghobi mungkin risiko yang sama tak pernah dibayangkan.

Mereka mungkin tidak mengejar itu, hanya kepuasan pribadi. Namun, IADO tetap mewanti-wanti penggunakan zat terlarang atau doping sebagai alat penunjang keolahragaan, tak terkecuali di dunia balap sepeda. 

"Memang batasan kami hanya menyasar atlet elit sebagai sasaran tembaknya. Tapi selalu kami sarankan apapun reasoning-nya doping bisa merusak tubuh," kata Ketua Umum IADO Gatot S. Dewa Broto. 

Ambil contoh penggunaan Stanozolol tanpa konsultasi dokter dan pemakaian jangka panjang berpotensi dapat merusak hati, menyebabkan penyakit jantung, dan hipertensi. 

Selain penggunaan steroid, Gatot juga menyebut konsumsi kafein dalam jumlah banyak dapat memberikan efek doping. Tentu akan ada sisi negatifnya. Selain itu, konsumsi minuman-minuman penambah energi dan obat-obat yang menjanjikan kesembuhan lebih cepat biasanya juga mengandung zat doping.

Meskipun demikian, Gatot mengungkapkan adanya keterbatasan IADO memberikan edukasi kepada publik. Terlebih IADO dilarang secara terang-terangan mempublikasikan merek produk-produk yang mengandung zat doping ke muka publik. 

"Yang kami dorong bahwa masyarakat tidak menggunakan obat-obat atau suplemen yang mengandung zat yang berbahaya. Terus terang atlet butuh suplemen. Kalau federasi cabor sudah sangat smart bisa membedakan tahu doping atau tidak. Tapi edukasi ke masyarakat ini menjadi tantangan," imbuh Gatot. 

Mantan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) ini sedang berusaha membangun komunikasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar informasi bahaya doping dapat masuk kurikulum pendidikan.

"Kami rencana kerjasama dengan Kemendikbud. Kalau di Jepang, pendidikan tentang doping sudah masuk kurikulum SD sehingga jika mereka memilih menjadi atlet sudah teredukasi. Di Jepang, angka sanksi dopingnya kecil sekali," tutupnya. 

Di dalam dunia balap sepeda, skandal doping terbesar pernah menimpa cyclist Amerika Serikat, Lance Amstrong. Pria yang kini berusia 52 tahun merupakan bakat terhebat Paman Sam di dunia balap sepeda. Rekornya tujuh kali juara beruntun Tour de France dari tahun 1999 hingga 2005. 

Akan tetapi, cerita heroiknya hancur seketika. Ia didera isu doping dan seluruh prestasinya dicabut oleh UCI. (Mainsepeda)


COMMENTS