Antangin Bromo KOM X pada 18 Mei 2024 lalu berjalan dengan seru. Di kategori kompetitif para peserta bersaing sampai detik-detik akhir untuk mengamankan kemenangan. Sementara, para pejuang cut off time (COT) juga pantang menyerah untuk mengamankan predikat dan medali finisher. Sukses di Bromo, kini Mainsepeda fokus menyambut Kediri Dholo KOM pada 14 Juli 2024 dan Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM pada 21 September.
Mainsepeda memberikan tawaran khusus untuk bundling Kediri Dholo KOM dan Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM. Cukup dengan biaya pendaftaran seharga Rp 2 juta saja, para cyclist sudah dapat ikut ambil bagian dalam dua event Mainsepeda tersebut.
Peserta Dholo KOM sedang melaju di kawasan Bandara Dholo, Kediri, yang mulai tahun ini sudah beroperasi.
Promo ini terbatas, hanya untuk pendaftaran dari 28 Mei hingga 8 Juni 2024 mendatang. Setelahnya, harga akan kembali normal sampai penutupan pendaftaran pada 23 Juni 2024. Namun, pendaftaran untuk single event juga telah dibuka dengan banderol per event sebesar Rp 1,25 juta. Pendaftaran promo bundling atau single event dapat dilakukan melalui Mainsepeda App.
"Promo ini terbatas. Setelah 8 Juni, harga akan kembali normal. Mohon diperhatikan, pendaftaran hanya melalui Mainsepeda App," kata Donny Rahardian dari Mainsepeda.
Medali East Java Trilogy 2024 berbentuk mahkota yang terbagi menjadi tiga kepingan berbeda.
Paket ini tentu menjadi angin segar bagi para finisher Antangin Bromo KOM X yang belum mendaftar paket bundling East Java Trilogy tahap 1. Sebagian memang belum menentukan pilihan untuk mengikuti Dholo KOM dan Ijen KOM. Mereka yang telah mendapatkan medali Bromo KOM pada 18 Mei lalu berpeluang untuk melengkapi koleksi kepingan medali East Java Trilogy 2024 yang sangat ikonik.
Konsep medali East Java Trilogy 2024 seperti puzzle yang membentuk mahkota King of Mountain (KOM). Tapi untuk mendapatkan secara utuh, para cyclist harus menyelesaikan tiga tantangan East Java Trilogy 2024.
"Konsep medalinya terpisah-pisah agar peserta menyelesaikan semua tantangan untuk membentuk mahkota secara sempurna," imbuh Donny.
Baca Juga: Kolom Sehat: Bromo Penuh Misteri
Meski sama-sama bertakjub balapan KOM. Namun, karakteristik Dholo KOM dan Ijen KOM jauh berbeda dengan Bromo KOM. Kelok 9 dengan kemiringan di kisaran 17 persen menjadi simbol utama Kediri Dholo KOM. Yang menyakitkan, setelah Kelok 9 itu langsung terdapat tanjakan "Gigi 1" dengan kemiringan di atas 20 persen.
Sementara itu, Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM menuntut ketahanan yang lebih kuat. Karakter tanjakannya sangat berbeda dengan Bromo. Bagian awal dan tengahnya tergolong sangat berat, dengan bagian-bagian mencapai kemiringan 25 persen.
Baik Dholo KOM maupun Ijen KOM saat ini lebih mudah diikuti karena di bandara di Banyuwangi dan Kediri sudah beroperasi. Sehingga peserta dari luar pulau atau luar kota bisa langsung mendarat di dua kota tersebut. Selain nanjak, para peserta juga diajak untuk melewati kawasan-kawasan ikonik di Kediri dan Banyuwangi.
Para peserta Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM 2023 saat mendaki Tanjakan Erek-Erek.
Selain untuk mengoleksi medali, dua event tersisa East Java Trilogy menjadi kesempatan bagi cyclist kompetitif untuk mengumpulkan poin demi bisa meraih juara umum di setiap kategori yang dipertandingkan. Juara pertama di setiap event mendapatkan 20 poin. Kemudian runner-up memperoleh 16 poin. Delapan urutan berikutnya masing-masing memperoleh 12, 10, 8, 6, 4, 3, 2, dan 1. Kemudian peserta yang mengikuti tiga event trilogi akan mendapatkan 20 poin tambahan. (Mainsepeda)