Kolom Sehat: DhoDho = Dhorong di Dholo

Ketika kolom ini saya tulis, etape 18 Tour de France sedang berlangsung. Hiks, selisih Jonas Vingegaard dan Tadej Pogacar (Pogi) jauh.

Ibarat game Mario Kart, pasti Jonas sudah nglempar kulit pisang ke depan. Sayangnya tidak bisa seperti itu.

Tapi yang menyenangkan pahlawan Belgia si Remco Evenepoel tampi gemilang. Tidak berhenti bermain aman. Ketika etape 17, Remco mencuri 18 detik. Mengurangi defisit waktunya, baik ke Jonas maupun ke Pogi.

Bagaimana setelah ini? Mari kita tonton terus saja. Bila Anda fans Jonas, sabar. Sabar ya. Nggak atletnya, nggak fansnya agak dangak.

Nah, sekarang kita kemballi ke tanah air tercinta ini. Tidak hanya di Eropa, event di Indonesia khususnya Kediri (Kediri Dholo KOM) kemarin Minggu juga sangat seru.

Kediri Dholo Kom 2024 memang sih sudah beberapa kali diadakan. Tanjakan Kelok 9 dan Gigi 1 benar-benar menjadi langganan. Malah parahnya sekarang di Kelok 9 makin banyak Paparazzi.

Bagaimana dengan saya? Tentu saja saya dhorong sepeda. Semua itu ada batasnya. Kalau saya paksa gowes nanti hiburan di sana hilang. Alasan! Wkwkwk.

Tahun ini cerita yang bisa saya bagikan adalah, saya hampir dapat waive. Saya hampir dapat kesempatan DNF yang bagusss. Hampir saja saya naik mobil ketika saya bersepeda kurang lebih satu kilo, sebelum gerbang air terjun Dholo itu.

Awal ceritanya, kita-kita sekitar kurang 3-4 kilo sebelum gerbang itu saya gowes berdampingan dengan mantan Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar. Beliau bilang kalau ban saya gembos.

Saya lihat, oh iya ternyata memang kurang angin. Ketika menemukan pompa, setelah beberapa saat mengayuh, saya pinjam pompa mekanik di sana. Dan beruntungnya skala tekanan pompa itu tidak tertera dengan baik. Jadi saya harus mengukur tekanannya dengan kira-kira saja.

Jadi saya pegang bannya bila cukup keras, maka saya rasa cukup. Setelah itu saya gowes lagi. Wah gowes dengan ban keras kan enak rasanya mudah dikayuh. Eh tiba-tiba dhuaarrr! 

Terdengar suara meledak dari bawah saya. Ternyata ban saya gembos. Awalnya saya tidak tahu apa yang terjadi. Cairan sealant ban tubeless saya bertebaran k emana-mana. Saya pun berhenti. Bingung apa yang terjadi.

Ternyata setelah saya lihat, ban saya keluar dari rimnya. Oh tidak! Ini pasti karena tekanannya tadi lebih dari 70 psi. Ban tubeless yang saya pakai ini sensitif. Senggol dikit aja ngamuk.

Wah di kepala saya waktu itu langsung terbayang mobil dan AC-nya. Tapi harus cepat-cepat menghapus lamunan indah itu. Karena saya ingin menuntaskan rute itu.

Akhirnya saya mencari mekanik. Ada mekanik bernama Taufik asal Kediri yang membantu saya mengembalikan ban itu masuk kembali ke rimnya. Lalu di pompa, Saya akhirnya bisa gowes lagi sampai finis. Under COT juga.

Kalau Anda belum tahu keseruannya secara langsung, saya rasa tahun depan event ini tetap, dan jadi bisa pertimbangan Anda untuk ikut tahun mendatang, Cuma ya itu kebanyakan Dhorong di Dholo, Wkwkwk.(Johnny Ray)


COMMENTS