Mark Cavendish memulai karir Tour de France di jalanan kota London pada tahun 2007. Balapan time trial dengan rute pendek sepanjang 7,9 Km saja. Pemuda 22 tahun itu finish di peringkat ke-69. Debutnya di LeTour berjalan singkat karena ia tak dapat melanjutkan balapan di etape 8.
17 tahun kemudian, tepatnya Minggu, 21 Juli 2024, Cavendish bakal menutup buku karirnya di Tour de France. Musim depan tak akan ada namanya di daftar pembalap.
Cavendish menyelesaikan Tour de France 2024 dengan balapan time trial. Seperti ketika ia mengawalinya di London. Kali ini balapan digelar dari Monaco menuju Nice. Jaraknya 33,5 Km.
Pembalap Astana Qazaqstan itu menyelesaikannya dalam 54 menit 39 detik. Ia di peringkat ke 134 dari 141 pembalap. Jauh tertinggal dari pemenang balapan Tadej Pogacar yang lebih cepat 9 menit 14 detik. Pesta perpisahan yang seakan tidak mengesankan.
Akan tetapi, itu tak jadi masalah. Cavendish tetap dielu-elukan penggemarnya. Sorak-sorai fans meneriakkan namanya di sepanjang Promenade des Aglais dan Place Massena. Puluhan penggemar juga menantinya di titik finish untuk memberikan penghormatan kepada Cavendish.
Sang Cannonball, julukan Cavendish, memang pantas mendapatkan segala pujian. Di usianya yang ke-39, di akhir masa kariernya, ia berhasil memecahkan rekor legenda Eddy Merckx dengan meraih kemenangan etape Tour de France yang ke-35 sepanjang karirnya. Rekor yang sebelumnya bertahan hampir lima dekade. Momen bersejarah tersebut tercipta di etape 5.
Cavendish saat itu keluar sebagai pemenang setelah memenangi adu sprint jelang garis finis di Saint Vulbas. Pembalap Britania Raya ini melakukan serangan pada 300 meter terakhir untuk menaklukan sprinter Alpecin-Deceuninck Jasper Philipsen dan pembalap Uno-X Mobility Alexander Kristof.
Baca Juga: Tour de Banyuwangi Ijen 2024: Ryan Cavanagh Menangi Etape Pembuka
Setelah menyapa seluruh penggemarnya, ia luangkan sejenak waktunya untuk berpelukan erat dengan keluarganya di garis finish. Ia menuju ke podium upacara khusus untuk memberikan penghargaan atas pencapaiannya.
"Ini benar-benar Tour de France terakhirku, saya yakin. Ini keikutsertaanku yang ke-15 dan memberikan saya memori yang paling luar biasa," kata Cavendish.
Cavendish merupakan sprinter terbaik yang pernah ada dengan memenangi klasemen poin Tour de France sebanyak dua kali. Yakni 2011 dan 2021.
Meskipun demikian, pencapaiannya di Tour de France sebagai pemegang rekor kemenangan etape terbanyak tidaklah mudah. Cavendish hampir kehilangan kariernya ketika mengalami sakit, cedera, dan depresi. Hal ini menyebabkan ia tak memenangi satu pun balapan selama 2019-2020.
Ia pun hampir tak mendapatkan tunggangan untuk musim 2023, sebelum Astana Qazaqstan menawarinya kontrak jangka pendek. Namun, usahanya memecahkan rekor Tour de France tahun lalu terhenti di etape 8. Ia mengalami insiden kecelakaan dan harus meninggalkan balapan lebih cepat.
Beruntung, timnya saat ini masih percaya akan kemampuan Cavendish. Perjuangan demi perjuangan pun akhirnya terbayar tahun ini. "Anda hanya melihat kesuksesannya, tapi jarang seseorang melihat dari apa yang terjadi di belakang. Itu mengajarkan saya banyak hal," imbuhnya.
Masih menjadi pertanyaan apakah etape terakhir Tour de France 2024 akan menjadi balapan profesional terakhir bagi Cavendish. Ketika ditanya mengenai hal tersebut, jawabannya terkesan menggantung. "Mungkin begitu, ya", katanya.
Sejauh ini pihak klub belum memastikan keikutsertaan Cavendish di sisa balapan WorldTour UCI musim ini. Tapi apapun keputusan Cavendish, Ia telah menjadi legenda balap sepeda. (Mainsepeda)