Kolom Sehat: Cepek Dulu Dong

| Penulis : 

Judul tulisan ini adalah jargon Pak Ogah itu begitu terkenal dulu. Kata-kata yang membumi sampai sekarang. Akhirnya para pengatur lalu-lintas non-formal di jalanan, di kota-kota, mendapat julukan Pak Ogah. Itu karena mereka biasanya meminta sedikit imbalan untuk membantu pengguna jalan dalam berlalu-lintas. Walaupun jumlah yang diharapakan Pak Ogah -Pak Ogah sekarang ini- bukan lagi cepek alias Rp 100.

Cepek yang saya maksud di sini adalah cepek kilo, atau 100 kilometer. Jarak yang biasa disebut teman-teman sepeda sebagai Fondo. Bagi sebagian orang, jarak segini sudah cukup jauh. Tapi tidak sedikit yang berpikir bahwa jarak segitu masih cupu untuk event ultra

Memang benar saya sudah bisa dikatakan sering bersepeda dengan jarak cukup jauh. Biasanya dikatakan ultra itu ketika jarak yang ditempuh di atas 160 kilometer, atau di atas 100 miles.

Saya sering mengikuti Audax 200. Beberapa kali 400, walau DNF bolak-balik. Saya juga pernah ikut East Java Journey (EJJ) 600. Oh iya, saya juga pernah finis rute Bentang Jawa (BJ) barusan. 

Oleh karena hal ini, kemudian banyak yang mengira ketika panitia Audax mengadakan acara di Solo (Surakarta) akhir Agustus lalu berpikir kalau saya memilih jarak 200 km atau 400 km.

Dari awal saya meminta ke panitia untuk bisa mendaftar di rute 100 km, kalaupun ada yang 50 km, ya 50 juga lebih baik. Buat saya 50 km juga sudah cukup, tapi jarak terendah adalah 100 km. Akhirnya saya pilih jarak 100 km ini.

Mengikuti jarak 100 ini adalah yang pertama bagi saya. Selesainya cukup cepat. Belum jam 12 saya sudah selesai. Hotel tempat saya nginap masih belum waktunya check out. Depot-depot makanan masih lengkap menunya. Hari masih terang.

Biasanya saya finis menjelang gelap kalau jarak 200 km. Kalau jarak 400 km, saya biasanya akan menyesal mengambil rute jauh ketika hari sudah gelap. Sebab harus bersepeda dengan udara yang dingin dan jarak tempuh masih jauhhhhh.

Kembali lagi, kenapa cepek? karena saya masih capek dan cedera. Fisik saya masih belum memungkinkan untuk gowes lama setelah ikut BJ. Terlebih lagi psikis saya, wkwkwkw.

Yang saya lakukan di rute BJ kemarin benar-benar menguras enargi. Ketika masih bersepeda tidak terasa sakit-sakit yang saya alami. Tapi begitu sudah selesai, saya rasakan kalau jari-jari saya mati rasa.

Ketika ikut Audax, kondisi saya memang sudah membaik, namun tetap belum kembali seperti sedia kala. Jadi pilih "Cepek Dulu Dong!" dari pada keadaan saya bertambah buruk. Audax Cepek adalah pilihan terbaik. Selain itu dengan ikut cepek, saya tak melewatkan berbagai kuliner Solo yang uenak-uenak. Sekian.(Johnny Ray)

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Alur Pendaftaran Cyclist Internasional Mainsepeda EJJ 2025
Ladies Baja CC, Diracuni Bapak-Bapak Baja CC
Cyclist Muda Muriel Furrer Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan Fatal
Barang Bawaan Peserta Journey To TGX 2024 Dikirim ke Trenggalek Gratis
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Kolom Sehat: Meri, tapi Bukan Anak Bebek
Kalender Event Mainsepeda 2024: East Java Journey Pertama, Bromo KOM X 18 Mei
Cyclist Favorit: Habibie Jebolan EJJ Gowes Sampai ke Mekkah