Cyclist Favorit: Rekor Aryanto Nugroho 8 Tahun Tanpa Absen Berolahraga

Olahraga khususnya bersepeda sudah menjadi bagian hidup bagi Aryanto Nugroho. Aryanto adalah seorang pendeta di Gereja Jemaat Allah Global Indonesia, Semarang. Tapi di balik jubah pemuka agamanya, pria 47 tahun ini juga ketua harian komunitas sepeda. Yakni komunitas Tendbir Semarang. 

Aryanto gila olahraga. Ia tak pernah membiarkan tubuhnya diam, bermalas-malasan, tanpa cucuran keringat karena berolahraga. Bahkan ia mengklaim punya rekor delapan tahun tak pernah absen berolahraga.

Ia masih menyisihkan waktu untuk bersepeda minimal 400-430 Km per minggu. Dan untuk lari ia menargetkan 10 Km. Komposisinya enam hari bersepeda dan 1 hari lari tanpa jeda selama bertahun-tahun.

Aryanto berfoto dengan Founder Mainsepeda Azrul Ananda dan CEO SUB Jersey Bagus Ramadhani. 

Rekor tersebut terputus di tahun ini. Alasannya pun sangat relevan. Ayahandanya meninggal. Tiga hari ia memutuskan tak mengayuh pedalnya karena berduka.  

"Kalau saya ini dibilang agak ngedan sama teman-teman. Saya sudah delapan tahun, 365 hari per tahun, tanpa off. Entah itu lari atau sepedaan," ujar Aryanto. 

Selain itu, tak ada sebab bagi Aryanto tak bersepeda. 

"Saya pernah ada tugas konferensi gereja di Belanda. Agak gila itu. Flight pagi, saya jogging dulu. Sampai di Belanda saya cari pinjeman sepeda. Setelah check-in, saya langsung sepedaan. Tidak ada cerita jet lag," tambahnya. 

Baca Juga: Heboh Sejak Dibuka, Daftar Journey to TGX Harus Lewat Mainsepeda App

Bagi Aryanto, bersepeda bukan hanya untuk sehat jasmani, menjaga tubuhnya agar selalu sehat dan fit. Namun, ada tujuan untuk merawat kesehatan mentalnya. 

Bersepeda di kota-kota baru. Melewati jalanan yang belum pernah dilewati sebelumnya sembari menikmati keindahan alam seperti sebuah meditasi baginya. 

"Cari-cari rute baru sendirian, pergi ke kota baru, beda rasanya kalau naik mobil. Ketika sendirian seperti medium meditasi, deep thinking, refleksi diri terhadap kehidupan. Bersepeda stress relieve untuk saya," imbuhnya. 

Aryanto bukan atlet, tapi sejak kecil ia sudah terbiasa berolahraga. Ia sempat menekuni aikido dan tenis. Namun, ia tak konsisten menjaga tubuhnya. Aryanto pun mengalami obesitas dan akhirnya memutuskan untuk berolahraga kembali. 

Aryanto bersama rekan-rekannya di Komunitas Tenda Biru (Tendbir) Semarang. 

Bersepeda menjadi pilihan untuk menjalankan misinya menurunkan berat badan. Bersepeda kembali ditekuni pada 2011. Saat itu, ia masih menggunakan mountain bike (MTB). Baru setahun berselang pindah haluan ke road bike. 

Usahanya menemui hasil optimal. Berat badan 86 Kg menyusut menjadi 74 Kg pada akhir 2012. Setahun berikutnya, berat badannya sudah ideal.

Ia pun sudah mulai mengikuti event-event balap sepeda untuk penghobi. Puncaknya ialah ketika Aryanto mengikuti lomba di JIExpo Night Criterium tahun 2014. Ia yang tak diperhitungkan sukses menjadi pemenang balapan. 

"Latihan lebih banyak sepedanya. Usia 30-an bisa berkompetisi asik kayak atlet ya di sepeda ini. Kalau lari itu susah untuk bekompetisi," tutupnya. (Mainsepeda)


COMMENTS