Edo Bawono: Taiwan KOM Lebih Berat dari Marathon

Taiwan KOM kali pertama diadakan tahun 2012. Saya dengar mengenai lomba ini lewat komunitas sepeda. Saya tertarik ikut serta karena ini adalah salah satu tantangan terberat dengan finish di ketinggian 3.275 meter. Plus, kapan lagi bisa ikutan event di mana kita bisa "race bareng" bintang-bintang sepeda dunia.

 Sulit dipercaya rasanya saya sudah dua kali menuntaskannya. Pertama pada 2015, kemudian lagi pada 2017. Pada 2017 itu Taiwan KOM sedang meraih popularitas gila. Diikuti --dan dimenangi-- oleh superstar era itu, Vincenzo Nibali. Diikuti pula mantan juara Tour de France lain seperti Cadel Evans. Pada 2015 saya naik sepeda custom buatan Argonaut. Pada kali kedua, saya memakai salah satu prototype pertama Wdnsdy AJ1.

Prototype Wdnsdy AJ1 dipakai Edo Bawono finish di Taiwan KOM 2017

Sejak 2012 hingga 2023 lalu, Taiwan KOM punya rute "klasik". Yaitu 105 km dengan menanjak 80-an km. Start dari Hualien di sisi Timur. Karena gempa April 2024 lalu, rute harus diubah. Menjadi 150 km dari Utara di Yilan. Finishnya tetap di Puncak Wuling.

Walau rute berubah, pengalaman saya dua kali ikut mungkin bisa memberi gambaran kepada penghobi sepeda tentang beratnya event ini. Juga menjadi bahan masukan, motivasi, sekaligus menakut-nakuti (!) bagi teman-teman Mainsepeda yang ikut serta tahun ini.

Edo Bawono dengan Cadel Evans.

Yang pasti, kita harus punya strategi. Saya dulu membagi rutenya. Mem-breakdown balapan menjadi empat bagian:

1. Start ke 18 km: Flat neutral zone.

2. Km 18-85: Gentle climb average 3 persen, 2.450 elevation gain.

3. Km 85-90: Descend (turun) 200 m.

4. Km 90-105: Last 15 km, 1.000 m eg.

Pada saat start/neutral zone, kita harus menyimpan tenaga. Balapan belum dimulai. Kemudian, saat benar-benar lomba, antara km 18 hingga 85 tanjakannya cukup "gentle" di kisaran 3-5 persen. Walaupun tidak terjal, kondisi fisik dan kaki pasti akan berat. Karena kita terus menanjak hingga ketinggian sekitar 2.450 meter.

Baca Juga: COT Journey To TGX Diperpanjang

Setelah itu kami disuguhi turunan panjang. Saran saya, sebelum turunan kita refuel air dan makanan di pit stop. Lebih aman mengisi suplai di tanjakan daripada saat speed tinggi di turunan.

Setelah turunan 4 km itu, ada sisa rute 15 km menanjak lagi 1.000 meter. Di sini ada banyak tanjakan tajam. Ada yang 12 persen, ada yang panjang 27 persen!

Jangan khawatir soal suplai. Official feed zone tersebar tiap 15-20 km. Selalu ada beberapa volunteer yang bisa menyodori air dalam botol atau cup. Kalau Anda mengejar waktu, Anda tidak perlu berhenti.

Berikut ini beberapa tips penting untuk ikut event seperti Taiwan KOM:

1. Fueling

 Kejar asupan setidaknya 80 gram karbohidrat per jam, 500 mg sodium (electrolyte). Bagi sebagian besar penghobi sepeda, Taiwan KOM ini setara lari marathon. Pembalap level dunia seperti Nibali saja butuh waktu 3 jam 19 menit untuk menaklukkan rutenya. Saya yang tergolong fit butuh waktu 4 jam dan 40 menit, dengan cut off time (rute lama) 6 jam.

Pada dua jam pertama saya mengkonsumsi karbo solid seperti energy bar. Baru setelah dua jam saya konsumsi liquid energy gel agar lebih mudah untuk pencernaan saat badan kita sudah letih.

Sebagai gambaran: 80-90 gram karbo itu sekitar empat sachet Strive Energy Gel (20 gram karbo/sachet) atau 3 Strive Energy Bar ukuran 40 gram (27 gram karbo per bar).

Untuk mencegah kram, saya biasanya mengkonsumsi satu salt stick kapsul per 30 menit.

2. Bawa Jas Hujan

Taiwan KOM finish di ketinggian 3.275 meter. Suhunya pasti lebih dingin. Berkali-kali event ini diguyur hujan, menambah siksaan dingin. Beberapa peserta bahkan mengalami hypothermia. Setiap peserta diberi fasilitas drop bag, yang akan dikumpulkan di start area dan dibawa ke finish. Jadi, gunakan kesempatan ini untuk packing baju hangat dan recovery food untuk di tempat finish nanti. Kalau dari awal sudah pasti akan hujan, tidak ada ruginya mengantongi jaket atau vest tipis, bahkan penutup sepatu.

3. Don't Miss the Water Station

Untuk rute 2024 yang lebih panjang, saya lihat hanya ada dua official water station di km 65 dan 97. Jadi, pastikan Anda membawa air yang cukup di bidon. Dari pengalaman saya, di official feed zone ada volunteer yang akan membantu menyodori air bagi yang tidak ingin berhenti.

4. Banyak Terowongan dan Hilang Sinyal

Ini sering membuat peserta disorientasi. Karena ada begitu banyak terowongan gelap yang dilewati, serta ada banyak kawasan tanpa sinyal, data pada cyclo computer bisa sering error. Jadi, panduan jarak, ketinggian, dan lain-lain belum tentu sesuai dengan kenyataan. Apalagi ketika semakin dekat di puncak. Pelajari betul rutenya dan gunakan common sense untuk mengimbangi angka yang muncul di bike computer.

5. JANGAN NAFSU

Ini mungkin pesan paling penting.

Pada 2017, beda dengan waktu kali pertama ikut pada 2015, saya sudah jauh lebih siap dalam segala hal. Logistik lebih siap, rute juga lebih detail dipelajari. Finish time pun beberapa menit lebih cepat pada kesempatan kedua.

Pelajaran terpenting dari dua kali ikut itu adalah mengatur irama dan kecepatan. Ini tanjakan yang super panjang. Walau kemiringan hanya 3 persenan, kaki bakal capai kalau sudah puluhan km dan menanjak ribuan meter.

Edo Bawono dengan Vicenzo Nibali. 

Mungkin, event ini lebih berat dari lari marathon. Waktu saya finish 4 jam dan 40 menit di Taiwan KOM, bobot saya waktu itu 67 kg. Sekarang saya 73 kg dan baru saja finish 3 jam 10 menit di Chicago Marathon. Jadi, yes, Taiwan KOM lebih berat!

Pacing, dan pacing. Jangan nafsu. Kalau melihat rute baru 2024 ini, saya kira bisa dibagi menjadi dua segmen. Tanjakan pertama 80 km dengan eg hampir 2.000 meter. Ini terlihat landai, "hanya" separo segmen Pasuruan-Bromo KOM yang 40 km menanjak setara. Tapi jangan pernah anggap enteng! Jangan sampai terpancing bermain di luar zona power/heart rate kalian.

Profil tanjakan 10 Km terakhir Taiwan KOM 2024.

Untuk segmen tanjakan kedua, yaitu sisa 50 km dengan eg 1.800 meter. Bagian terberatnya masih sama dengan dulu, sepuluh kilometer terakhir. Ada bagian 27 persen yang 300 meter. Zigzag saja. Yang menuntun juga banyak. Jangan khawatir.

Dulu, FTP saya hampir 300 watt dengan bobot 67 kg. Dan saya bermain di 75-80 persen (225-240 watt) untuk tiga jam pertama. Kalau ada Om-Om atau Tante-Tante yang lebih tua menyalip, jangan sampai emosi. Sabar. Jangan nafsu.

Taiwan KOM, selain menguji fisik, juga bagus untuk menguji kesabaran dan wisdom! (edo bawono)

 

Edo Bawono adalah founder Strive Nutritions.

Orang Indonesia pertama yang finish Taiwan KOM pada 2015.

Mengulangi lagi pada 2017.

 

 


COMMENTS