Delapan cyclist Mainsepeda Indonesia akan berangkat mengikuti Taiwan KOM 2024, Jumat, 25 Oktober nanti. Hingga menjelang berangkat, beberapa masih sibuk mengutak-atik sepeda. Mengejar setelan optimal untuk rute yang akan dihadapi menuju Wuling Pass, di ketinggian 3.275 meter.
Delapan cyclist itu semua akan menggunakan produk-produk brand Indonesia, khususnya Wdnsdy Bike, SUB Jersey, dan Strive Nutrition. Nah untuk urusan sepeda, beberapa masih terus menjajal komponen-komponen berbeda hingga last minute.
"Rute Taiwan KOM ini memberi tantangan unik. Plus beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kami harus terus menanjak ke ketinggian 3.275 meter, namun rutenya membutuhkan setelan sepeda yang bukan full climbing. Karena jarak panjang 150 km itu juga diwarnai bagian landai puluhan kilometer, juga beberapa turunan yang mencapai 20 kilometer", kata Azrul Ananda, founder Mainsepeda dan Wdnsdy Bike.
Setelan sepeda John Boemihardjo.
John Boemihardjo, yang paling detail dan aktif mengubah setelan sepeda, bahkan terus mengganti komponen sampai menjelang packing.
"Setelannya harus ringan, tapi tidak boleh terlalu ringan. Harus tetap cepat dan stabil di kecepatan tinggi dan kalau kena angin atau hujan lebat", jelas John, yang juga co-founder dan CEO Wdnsdy Bike.
Azrul Ananda saat berlatih ke Nongkojajar.
Rata-rata peserta menggunakan sepeda aero allrounder Wdnsdy AJ5. John dan Azrul sempat bereksperimen menggunakan komponen ultraringan, menjadikan sepeda masing-masing di bawah 6,7 kilogram. Namun saat latihan ternyata memutuskan membuat sedikit lebih berat supaya sepeda lebih stabil saat dihajar dalam situasi menantang.
Setelan sepeda milik Azrul Ananda.
Ivo Ananda termasuk yang paling takut saat menggunakan sepeda terlalu ringan. "Badan saya kecil. Kalau sepedanya ringan, kalau ada angin atau turunan panjang, saya harus lebih hati-hati. Malah tidak nyaman", kata peraih podium Mainsepeda Trilogy 2023 dan 2024 tersebut.
Setelan sepeda Ivo Ananda saat berlatih di Nongkojajar.
Menggunakan frameset Wdnsdy dengan bahan karbon setara merek-merek termahal dunia, plus grupset SRAM Red AXS wireless termutakhir, sepeda mereka dengan mudah memang dibuat under 7 kilogram. Pada akhirnya, berat sweet spot dirasakan pada 6,8 hingga 7 kg.
Ferry Martalatta
John juga menyarankan untuk menghindari menggunakan komponen-komponen karbon eksotis. "Ada banyak merek karbon yang menawarkan komponen super ringan. Tapi berdasarkan pengalaman kami, komponen-komponen itu tidak cocok untuk pemakaian ekstrem. Ringan perlu, tapi tidak perlu seringan itu. Malah tidak enak dipakainya", kata pria yang baru saja finish lima besar di Bentang Jawa 2024 tersebut.
Saat latihan, John sempat menggunakan seatpost dan sadel eksotis merek AX Lightness Jerman. Walau sepedanya ukuran besar 56, beratnya menyentuh di bawah 6,7 kg. Setelah latihan, sebelum berkemas, John akhirnya memutuskan untuk mengganti ke komponen lebih "normal". Seatpost karbon Wdnsdy sendiri dan sadel Fabric karbon. "Berat sepeda tetap 6,9 kg, tapi memberi perasaan lebih nyaman dan tenang", tandasnya.
Roike Hendra berlatih di kampung halamannya, Manado.
Rute Taiwan KOM 2024 dimulai di Yilan, di utara Wuling Pass. Hingga 80 km pertama, walau menanjak hingga hampir 2.000 meter, kemiringannya tergolong "ramah", rata-rata tak sampai 3 persen. Bagian awal ini termasuk kunci, karena peserta harus secepat mungkin menuntaskannya.
Setelah turunan, tanjakan, turunan, dan tanjakan lagi, peserta akan menghadapi menu utama. Yaitu 10 km terakhir dari Dayuling ke Wuling. Bagian ini kemiringan rata-ratanya hanya 6 persen, tapi memiliki bagian "dinding" 27 persen sejauh 300 meter.
Rencananya, event start pukul 05.00 pagi, dan peserta diberi waktu sembilan jam untuk menuntaskan rutenya pada pukul 14.00.
Tim Mainsepeda Indonesia ini juga didukung oleh Kapal Api, Antangin, MPM Honda, dan SRAM Indonesia. (mainsepeda)