Mantan cyclist fenomenal Amerika Serikat Lance Amstrong mengulas proyeksi rute Tour de France 2025 di podcast-nya, The Move. Banyak yang berpendapat, pilihan lintasan Tour de France musim depan dirancang untuk menghadang dominasi para pembalap favorit, khususnya sang juara bertahan Tadej Pogacar.
Akan tetapi, Amstrong tak berpikir demikian. Menurutnya, cyclist terbaik akan selalu punya cara untuk menang, apapun situasinya.
Lance Amstrong ketika memandu podcast-nya.
"Jika anda Pogacar, anda harus belajar bagaimana melakukannya. Ocehan di luar sana tidak ada artinya. Cyclist terbaik bersiap untuk semua rute. Ini adalah balapan yang 99 kali dari 100 yang dimenangi oleh yang terbaik," kata Amstrong.
Tour de France 2025 memiliki rute pegunungan yang tidak terlalu curam dibandingkan tahun sebelumnya. Total elevasinya pun terpangkas 1.500 meter. Balapan pun didominasi rute flat dan hilly, menguntungkan bagi para sprinter.
Baca Juga: Kolom Sehat: Nasib Tour de France di Inggris
Johan Bruyneel, mantan Direktur Olahraga Lance Amstrong, menyebut Tour de France 2025 kembali ke setelan tradisional.
"Saya pikir yang baru di Tour de France 2025 adalah kembalinya rute tradisional. Minggu pertama tidak sulit, etape pegunungan pertama baru terjadi pada etape 12. Itu sangat terlambat dan kembali ke masa lalu," ungkapnya.
Akan tetapi, Pogi, sapaan Pogacar, tak pernah menunjukkan kelemahannya di berbagai medan musim ini. Ia selalu mampu berada di titik lebih baik dari pembalap lain. Bahkan dalam persaingan dengan kompetitor utamanya, Jonas Vingegaard.
Pogacar sendiri menyebut Tour de France 2025 akan sangat brutal. Terlebih rute Col de la Loze bakal kembali dilewati.
Baca Juga: Rute Tour de France 2025 Full di Prancis, Finish di Paris
Sebelumnya, Pogacar pernah takluk dalam pendakian di rute tersebut ketika melawan Jonas Vingegaard pada musim 2023. "Saya selesai, saya akan mati," kata cyclist Slovenia melalui pesan radio kala itu. Momen tersebut menjadi klip paling bersejarah dalam Tour de France di era modern.
Tadej Pogacar kenakan jersey kuning, tanda pemuncak klasemen GC di TDF 2024 lalu.
"Pendakian di pegunungan Alpen selalu berat. Etape di Col de la Loze mungkin akan jadi Queen stage karena itu tingginya pendakian di sana," kata Pogacar.
Akan tetapi, pembalap UAE Team Emirates ini telah mengalami peningkatan drastis sejak tahun lalu. Buktinya ialah pencapaiannya merebut Triple Crown musim ini. Yakni ketika ia meraih dobel juara GrandTour Giro d'italia dan Tour de France, plus satu gelar Juara Dunia di nomor road bike Men Elite.
"Saya pikir ini akan menjadi brutal. Etape menuju Gunung Ventoux sebagian besar datar, tapi pendakiannya sangat berat. Itu jalur untuk seroang climber murni," tutupnya. (Mainsepada)