Kolom Sehat: Bucin

| Penulis : 

Seorang teman saya sesama pesepeda suatu saat terlihat menggenakan helm seperti layaknya seorang pesepeda yang teladan. Yang menggelitik saya adalah di helmnya ada tulisan “Bucin”. Ini bahasa agak baru, kependekan dari "Budak Cinta" . Ini sebutan untuk seseorang yang mau melakukan segala sesuatu demi cintanya.

Sambil membaca tulisan di helmnya, saya melihat dia, dan bertanya “nggak salah ta tulisane ini?” Akhirnya dia menjelaskan itu adalah nama grupnya. Saya akhirnya memahami sambil nggak habis pikir kalau istilah ini bisa menjadi nama grup. Wkwkwk.

Tapi kaau saya pikir-pikir lagi, sebenarnya saya juga termasuk anggota bucin ini, mungkin ya. Tapi, sebelum Anda salah paham, saya jelaskan terlebih dahulu. Cinta di sini adalah cinta terhadap sepeda.

Lah bagaimana tidak, hampir tiap hari sepedaan. Podcast juga bahas sepeda. Menulis kolom seminggu sekali topiknya juga sepedaaaaaa terus. Kalau kalian bosen membaca, apalagi saya yang menulis, wkwkwk.

Kapan hari juga ada teman saya yang bergurau, "kamu pas kecil kalau nangis nggak dibeliin permen ya? Pasti kalau nangis dikasih handlebar buat main biar diem," seloroh teman saya itu.

Ya tidak bisa disalahkan juga sih dia, karena itu yang keliatan jelas dari saya kan ya?

Tentunya saya juga tidak sendiri mencintai hobi dan aktifitas ini. Sepanjang waktu saya bersepeda, saya sudah menemukan begitu banyak penghobi sepeda dan masih banyak lagi di luar sana yang beum saya temui.

Intinya, yang membuat kita bisa berbicara, suasananya bisa cair, dan menjadi akrab adalah ketika kita membahas cinta kita bersama si anunia, eh salah, sepeda maksud saya.

Sedihnya harus diakui, ada beberapa orang harus “meninggalkan” cintanya ini karena satu dan lain sebab. Maksud saya ada beberapa orang yang mau tidak mau kehidupan mereka bersepeda harus dikurangi, kalau tidak bisa dikatakan diakhiri.

Bukan keinginan mereka, tapi kondisi mengharuskan seperti itu. Sebabnya bisa macam-macam. Makin ke sini, makin variatif.

Penyebab pertama terbesar adalah bentroknya dengan pekerjaan. Penyebab kedua terbesar kedua tidak saya sebutkan karena nanti malah membuat keadaan makin runyam.

Penyebab kesekian yang menyedihkan adalah karena sakit atau masalah fisik. Ini adalah momok kami bersama para cyclist. Sakitnya entah masalah dari dalam seperti sakit, atau dari luar seperti kecelakaan.

Entah apakah pembaca pernah mengalami kejadian seperti ini, kalau saya ada beberapa kali. Sama sekali bukan hal menyenangkan, tapi itulah kehidupan. Mungkin kalau dianalogikan sama seperti cinta. Cinta juga kalau nggak jodoh nggak akan bersama, cieeee.

Bila keadaan mereka tidak bisa lagi secinta itu pada sepedanya, yang penting saya dan dia masih bisa berkawan. Walau tidak di atas sepeda lagi. Tapi bisa di atas kursi warung, depot atau restoran, Wkwkwk. Sekian.(Johnny Ray)

Foto: @motretsport

Populer

Tadej Pogacar Cyclist Termahal di Muka Bumi
Kolom Sehat: Bucin
Kontrak Mewah Goda Remco Evenepoel
Tour de France 2025 Tak Diciptakan Sebagai Penghalang Pogi
Kolom Sehat: Nasib Tour de France di Inggris
Cervelo P5x Lamborghini, Hanya Ada 25 Biji
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Kolom Sehat: Meri, tapi Bukan Anak Bebek
Cyclist Favorit: Chef Nando Mengulik Kekayaan Kuliner Nusantara Melalui Bersepeda
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal