Rute dalam kota (dalkot) Sudirman loop selalu jadi andalan bagi cyclist di Daerah Khusus Jakarta (DKJ). Tak terkecuali bagi komunitas yang menamai diri mereka Kosong Sembilan Cycling Community (0.9 CC). 

Mencari kecepatan adalah tujuan utama. Gowes di atas 40 Km per jam atau lebih jadi targetnya. Uniknya, mereka hanya gowes di hari selasa saja. Titik kumpul di depan Gedung Panin Bank pada 5.10 WIB. 

Lantas kenapa dinamakan 0.9 CC? Ceritanya cukup unik. Setiap sebelum gowes dimulai, mereka sepakat batas kecepatan. Antara 43-47 kilometer per jam. Anehnya kecepatan selalu 0,1 lebih lambat. Hal ini membuat angka terakhir pada parimeter kecepatan selalu menunjukkan 0,9.  

Sosok Founder 0.9 CC, Tiya Dinda. 

"Riding road captain bawa average 45, entah kenapa bawanya di 44,9 km/jam, kalau average 46 juga seperti itu 45,9 Km/jam. Jarang bisa bulat. Intinya berulang di 0,9 jadi akhirnya kita kasih nama itu," kata founder 0.9 CC, Tiya Dinda.

Usianya 0.9 CC masih seumur jagung. Baru aktif pada September 2023 lalu. Namun, saat ini anggotanya telah mencapai 95 cyclist. Perkembangan pesat komunitas ini berkat usaha bersama Tiya dengan member lainnya. Khususnya Hartono Hosea, Felix Lesmana, dan Dien Natalia yang bertindak sebagai Steering Committee. 

"Awalnya riding di dalkot hampir tiap hari. Ikut Bestie (komunitas Bestie.Bestea), tapi selasa off. Nah, hari libur itu kita manfaatin lebih ngebut sedikit. Awalnya single line 4-5 orang, lama-lama makin ramai sampai double line," imbuhnya.

Baca Juga: Journey to TGX 2024: Performance T-Shirt Simpel Bermotif Kontur Jalan

Belakangan, komunitas 0.9 CC bukan hanya sarana untuk gowes bareng. Tiya menyebut komunitas ini menjadi media untuk memberi informasi dan belajar cara berpeloton yang baik. Khususnya bagi penyuka bersepeda time trial (TT). Hal ini dilakukan untuk meminimalisir insiden kecelakaan. Pasalnya kesalahan kecil saat bersepeda peloton dapat membahayakan cyclist lain. 

"Dari cara ride aku melarang wheel to wheel. Roda belakang gak boleh di samping roda depan. Kita larang keras karena membahayakan. Jadi kita saling mengingatkan," imbuhnya. 

Dien (paling kiri), Tiya, Felix, dan Hartono merupakan Steering Committee 0.9 CC.

Edukasi yang berkelanjutan ini yang membuat 0.9 CC dinilai cukup aman dalam berpeloton. Efeknya banyak cyclist dari berbagai kalangan akhirnya ikut bergabung. Tak terbatas umur, pekerjaan, maupun gender. 

Baca Juga: Rekomendasi ”Bentang Warung” Sepanjang Rute Journey to TGX

"Banyak cyclist yang melihat riding 09.CC ini cukup aman, tidak srudak sruduk dan lebih merangkul. Jadi akhirnya banyak yang gabung mulai anak SMA, ibu rumah tangga, pekerja, dokter, eks atlet, musisi, bahkan perwira tinggi. Semua campur aduk," jelas Tiya. 

Meskipun demikian, bukan berarti 0.9 CC tanpa prestasi. Mereka sukses meraih podium dua dan tiga pada event Il Festino 2024 yang digelar di Yogyakarta awal Mei lalu.

Untuk semakin menguatkan identitasnya, 0.9 CC juga baru saja merilis jersey pertama mereka. Warna netral hitam pun dipilih. "Karena jersey pertama jadi dipilih warna netral aja, biar kotor gak kelihatan," tutupnya. (Mainsepeda)

Populer

TLCC Latihan Rutin Jelang Journey To TGX 2024
Kosong Sembilan CC, Pecinta Kecepatan Dalkot Jakarta Tiap Selasa
SUB Jersey Sukses Gelar Duathlon Pertama di Surabaya
Cyclist Favorit: Habibie Jebolan EJJ Gowes Sampai ke Mekkah
Journey To TGX 2024 Terbuka untuk Berbagai Jenis Sepeda (No eBike!)
Santai Tanpa Brutal dari Samarinda
Recovery Ride Journey To TGX 2024: Menikmati Suasana Asri Trenggalek
Rekomendasi ”Bentang Warung” Sepanjang Rute Journey to TGX
Kejuaraan Dunia UCI: Pogi Juara Dunia setelah "Stupid Attack"
Cyclist Favorit: Chef Nando Mengulik Kekayaan Kuliner Nusantara Melalui Bersepeda