Pelaksanaan Journey to TGX 2024 memang berbeda. Utamanya pada cuaca. Tahun lalu, panas menerpa sepanjang perjalanan. Kali ini, hujan merata.
Sehari sebelum start, hujan deras disertai angin kencang sempat menerpa Surabaya. Johnny Ray pun sempat mengingatkan akan potensi cuaca buruk itu melalui YouTube Mainsepeda.
Benar saja, di hari H, hujan tak kenal henti hampir sepanjang perjalanan. Banyak cyclist terjebak hujan sejak kilometer ke-80. Setelah jembatan Ploso baru. Setelahnya hujan sangat merata, walaupun intensitasnya sedang. Tidak terlampau deras.
Baca Juga: Journey to TGX 2024: Hanif Finisher Pertama di Pasar Pon Trenggalek
Hal ini membuat banyak cyclist mengalami kedinginan karena kehujanan jangka waktu lama. Tidak sedikit yang akhirnya memilih DNF (Did Not Finish).
"Kesulitannya hujan terus dari awal. Hujannya non stop," kata Eko Febianto, cyclist kelahiran Kediri yang jadi finisher kedua.
Hal sama disampaikan oleh Zanira Hanifah. Ia menyebut cuaca hujan dalam waktu lama membuat event Journey to TGX 2024 lebih berat.
Baca Juga: Journey to TGX 2024: Saling Jaga, Finis Sebenarnya Adalah Rumah
"Saya sempat diskusi sama temen. Journey tahun ini terasa lebih berat. Padahal kita ikut EJJ (East Java Journey) itu hujannya deras. Tapi kalau ini hujan awet dan anginnya kencang. Jadi memang diluar prediksi," ungkap Zanira.
Zanira saat melalui JLS.
Meskipun demikian, Journey to TGX 2024 berlangsung dengan sangat baik. Zanira pun menyebut sensasi tahun ini jauh berbeda dengan tahun lalu. Khususnya ketika melewati JLS.
"Tahun lalu, panas, tapi awannya cerah. Sekarang ini seperti film Jurassic Park yang bukit-bukit ditutupi kabut. Bagus banget," imbuhnya.
Journey to TGX 2024 merupakan penutup dari sederet gelaran kreasi Mainsepeda. Tahun ini, rute Surabaya ke Trenggalek menempuh jarak 259 Km dengan elevasi lebih panjang. (Mainsepeda)