Lanterne Rouge jadi penghargaan bagi mereka yang tak kenal menyerah. Meski berada di posisi paling buncit. Simbol dedikasi untuk menyelesaikan tantangan yang ada. Oleh karena itu, Lanterne Rouge bukanlah cibiran. Melainkan, penghargaan penuh makna.
Lanterne Rouge Journey to TGX 2024 dimiliki oleh Arif Mashuri, cyclist asal Malang. Arif menyelesaikan event ini hingga detik terakhir. Ia tercatat masuk lokasi finis pada pukul 22:59:55 WIB. Lima detik saja terlambat, ia akan dianggap DSQ (Disqualified).
Cyclist 35 tahun itu rela kehilangan banyak waktu karena rekannya mengalami diare. Beberapa kali harus berhenti, menunggu sang teman buang hajat. Namun, penantian dan kesetiakawanannya akhirnya diganjar dengan Lanterne Rouge.
Baca Juga: Hujan Sepanjang Jalan, Puluhan Cyclist DNF
"Terima kasih Mainsepeda. Tapi selanjutnya, saya harus lolos COT," ungkapnya.
Sementara itu, di kategori perempuan, penghargaan Lanterne Rouge jadi milik Pamela Kusuma Dewi. Seperti halnya Arif, Pamela juga menunjukkan rasa tak menyerah. Padahal ia sudah merasa hampir menyerah.
"Seperti biasa Journey to TGX penuh tantangan, merasa aduh capek, aduh capek, tapi dikit lagi, jadi tanggung. Sempat takut hujan karena jalannya tidak kelihatan," kata cyclist asal Kediri ini.
Ia gowes ditemani sang suami, Yudha Fitrian. Saling memberi dukungan membuat keduanya finis pada pukul 22.21 WIB.
"Tadi suami sempat kram juga, jadi ya kita tunggu-tungguan aja. Karena start bareng, ya finis bareng," imbuhnya. (Mainsepeda)