Mengunjungi Kapel Pelindung Cyclist

| Penulis : 

Sering, terdapat kapel kecil atau gereja di tempat-tempat bersepeda yang ikonik. Terutama di belahan Eropa. Sebut saja, di salah satu dari 21 tikungan pegunungan Alpe d’Huez terdapat gereja tua. Di ujung tanjakan cobblestone terkenal Muur Van Geraardsbergen terdapat kapel mungil. Demikian pula sebuah kapel legendaris di ujung tanjakan Passo del Ghisallo.

Beruntung, Eileen Suhardjo bisa mengunjungi museum sekaligus kapel bernama Madonna del Ghisallo di kota Bellagio, Italia ini. Memang, buat Eileen, bersepeda sangat menyenangkan. Bisa membawa dirinya mengunjungi tempat yang unik. “Tidak mungkin ke situ jika tidak dengan sepeda. Apalagi dengan tour wisata,” tuturnya.

Rosario terbuat dari rantai sepeda.

Sehingga, ke luar negeri-pun, Eileen pasti membawa serta sepedanya, Wdnsdy AJ1 special KGB color theme. Apalagi, waktu itu pergi dalam rangka menemani suami, Edo Bawono mengikuti UCI 2018 Gran Fondo World Championship di kota Varese, Italia.

Setelah Edo selesai mengikuti even akbar tanggal 2 September itu, giliran Eileen yang jalan-jalan dengan sepedanya. “Gantian Edo yang temani saya. Saya sudah temani dan support dia saat lomba,” tuturnya.

Selepas dari kota Varese, Eileen dan Edo pindah ke kota Bellagio yang masih di kawasan Lombardia. Tidak jauh, hanya satu jam saja dari Varese.

Kota indah ini adalah surganya cyclist. Banyak sekali pesepeda yang menggunakan road bike, MTB, e-bike, hingga sepeda lipat berkeliaran. Selain itu, di kota ini juga terdapat danau Como yang sangat luas dan merupakan destinasi wisata.

“Saking luasnya, jika dikelilingi bisa sejauh 160 km,” tukas Eileen. Setelah check-in hotel, Eileen mencari toko sepeda. Dan bertemulah dengan Casey dan Luca. Mereka adalah pemilik toko sepeda Bianchi di Bellagio.

“Mereka merekomendasikan saya untuk mengunjungi sebuah kapel Madonna de la Ghisallo yang didedikasikan untuk cyclist, di ujung tanjakan Passo del Ghisallo. Saya langsung tertarik,” bilang Eileen.

Tidak terlalu jauh dari hotel, hanya 40 km pergi pulang dan terdapat tanjakan sejauh 8 km dan elevasi “hanya” 600 meter. “Entenglah buat saya,” gurau Eileen.

Iseng-iseng Eileen membrowsing Madonna de la Ghisallo. Karena lokasinya berada di ujung tanjakan maka banyak cyclist yang beristirahat dan berdoa meminta keselamatan di sini. Terutama keselamatan saat bersepeda. 

Di tahun 1949, ada Romo lokal yang mengajukan gelar Santa untuk Madonna de la Ghisallo dan akhirnya Paus Pius XII menyetujui sebagai Santa pelindung para cyclist.

Ternyata, kebetulan juga tanjakan ini digunakan di dua even balap sepeda kelas dunia, Giro d’Italia dan Giro de Lombardia. Jadi kapel ini dilewati oleh pembalap kelas dunia itu.

“Jadi makin penasaran saya ingin segera mencoba tanjakan itu,” bilang ibu tiga anak ini.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Eileen langsung mengikuti penunjuk arah di Garmin untuk menuju Madonna de la Ghisallo. Khas Italia, pemandangan sepanjang jalan tidak ada yang jelek.

Udaranya juga sejuk, pengendara mobil motor sangat bike friendly. Ah… nyamannya bersepeda di Italia. Setiba di puncaknya, Eileen sangat kagum dengan kapel ini.

Ternyata, tidak seperti kapel (gereja kecil) pada umumnya yang memajang patung santo atau santa di depan. Ini malah memajang patung pebalap legendaris terutama yang kelahiran Italia. Salah satunya adalah patung dari Fausto Coppi. 

Banyak sekali barang-barang sepeda di dalam kapel. Mulai dari jersey, komponen sepeda jadul, hingga sepeda-sepeda tua. Salah satu yang paling ikonik adalah sepeda “rusak” bekas milik Fabio Casartelli.

Fabio, pembalap yang berasal dari daerah Como ini meninggal saat melewati turunan di Col de Portet d’Aspet saat Tour de France 1995 lalu. Terlihat jelas tragedi memilukan itu dari garpu depan sepeda merek Caloi yang bengkok.

Karena sangat banyak sumbangan dari para pesepeda legendaris, akhirnya kapel inipun tidak cukup lagi. Pemerintah Italia sangat peduli. Melalui The Fondazione Museo del Ciclismo-Madonna del Ghisallo dibangunlah sebuah museum persis di sebelah kapel pada tahun 2010.

Di musem baru yang sangat bagus dangan desain modern penuh kaca ini, semakin banyak dan variatif koleksinya. Sepeda dari jaman perang dunia pertama sampai sepeda konsep Alfa Romeo ada di sana.

Juga berisi barang bersejarah dari dunia road cycling Italia. Mulai dari sepatu, sepeda sampai jersey-jersey Maglia Rosa Giro d’Italia.

“Dari sini saya banyak belajar. Bahwa negara maju tidak menggunakan isu agama untuk memecah belah. Tetapi untuk menyatukan rakyatnya. Dalam hal ini adalah kapel Madonna del Ghisallo dan cyclist,” tutup Eileen kagum. (mainsepeda)

     

 

Populer

Kosong Sembilan CC, Pecinta Kecepatan Dalkot Jakarta Tiap Selasa
Campagnolo Kembali ke Balapan WorldTour 2025
Hujan Sepanjang Jalan, Puluhan Cyclist DNF
Journey to TGX 2024, Penuh Cerita Tak Terlupakan
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
De Bleu CC Gairah Kota Biru
Journey To TGX 2024 Terbuka untuk Berbagai Jenis Sepeda (No eBike!)
Taiwan KOM 2024 - Rute Lama Kena Gempa, Rute Baru Jadi 150 Km
Ijen KOM 2024: Inilah Kuliner Hidden Gem Banyuwangi, Wajib Cicip!
Lionel Taminiaux Memimpin Etape Pertama Tour of Guangxi 2024