EJJ 2025: Cerita Duo Ponorogo, Simbol Penyemangat dan Ikhtiar Remidi

Rifa'i Abdallah Lumibao jadi wajah baru di dunia ultra cycling di Indonesia. Dan East Java Journey (EJJ) 2025 dimanfaatkan sebagai momen debutnya mengikuti event bersepeda jarak jauh. 

Rifa'i pernah bersepeda ketika ia masih bersekolah. Tapi tak selang lama, ia berhenti. Setelah bertahun-tahun, di akhir tahun 2024, ia kembali aktif gowes kembali usai membeli sepeda baru. 

Pria asal Ponorogo ini hanya butuh empat bulan untuk berlatih dan nekat mendaftar EJJ 2025 kategori 1.500 Km. Gilanya ia lulus. Rifa'i jadi finisher ke-15 setelah menyelesaikan tantangan 1.500 Km dengan catatan waktu 155 jam 44 detik.

Rifa'i membawa simbol penyemangatnya yang berupa bendera berbagai negara dan logo komunitasnya.

Selama perjalanan, Rifa'i diketahui membawa satu barang yang cukup personal. Sebagai simbol penyemangatnya. Sebuah bendera yang tertera tiga negara, yakni Indonesia, Filipina, dan Palestina. Dan satu lagi, logo W2RB, komunitas asal Ponorogo yang menjadi wadahnya bersepeda.

Baca Juga: UAE Tour 2025: Spesialis ITT Joshua Tarling Memenangi Etape 2

Yang cukup menarik perhatian ialah hadirnya simbol Filipina di bendera itu. Ketika ditanyakan, ternyata Rifa'i memiliki darah Filipina dari ayahnya. Ia pun mengaku hobinya bersepeda dan keinginannya ikut EJJ 2025 atas dukungan sang ayah. 

"Papa saya orang Filipina, ibu saya orang Indonesia, bertemu ketika di rantau. Saya sepedaan juga didukung sama ayah," ungkap cyclist 26 tahun ini. 

Pengalaman pertamanya ikut EJJ 2025, Rifa'i mengaku tersihir dengan tanjakannya. Tak seperti di peta yang dikiranya tidak tajam, ternyata sangat menyulitkan. Saat ini, ia mengaku kapok, tapi vibe-nya masih bikin kangen. 

"Intinya kemarin itu kapok, cuman ketika sudah finis ngangenin vibe-nya. Sampai saat tiga hari setelah finis, masih kebawa kebiasaan cek sepeda, bawaan, sampai racemap," ujarnya. 

Baca Juga: EJJ 2025 1.500 Km: Gelar Men Pair Milik Azrul Ananda-Joko Sumalis

Di sisi lain, Hadi Subroto berikhtiar akan kembali remidi di EJJ tahun depan. Hadi dipaksa DNF sesaat meninggalkan CP 1 di Ngebel, Ponorogo, ketika berpartisipasi pada EJJ 2025 1.500 Km. 

"Insyallah wajib remidi. Kemarin DNF karena memang belum rejeki," kata cyclist 37 tahun ini. 

Hadi Subroto sudah berikhtiar untuk remidi di EJJ tahun depan usai DNF karena cedera. 

Ia mengalami cedera lutut yang kambuh di kilometer ke-30. Hebatnya, ia masih sanggup bersepeda 300-an kilometer hingga CP 1 dalam kondisi cedera dan kesakitan. 

"Jadi kemarin paha dan tendonku overuse pas latihan. Kumat lagi pas hari H di kilometer ke-30. Ya sudah mau gimana lagi, cuma bisa berdoa dan nahas nyerinya," imbuh cyclist yang juga berdomisili Ponorogo ini. 

Seperti halnya Rifa'i, Hadi juga baru pertama kali mengikuti event ultra cycling. Sebelumnya, ia telah mempersiapkan latihan selama delapan bulan terakhir. Namun, cedera membuatnya terhenti di tengah perlombaan. (Mainsepeda)


COMMENTS