Tersungkur, terjerembab ke semak belukar, hingga luka berlumur darah tak menghentikan Tadej Pogacar untuk meraih gelar pada balapan Strade Bianche, Sabtu, 8 Maret 2025. Gilanya lagi, ia sanggup melakukan breakaway dari Tom Pidcock (Q36.5) di 19 km sebelum finis hingga melaju sendirian ke Piazza del Campo di Siena. Ia unggul jauh dari Pidcock, yakni 1 menit 24 detik.
Pembalap UAE Team Emirates-XRG itu keluar jalur saat melintasi tikungan berpasir dengan kecepatan tinggi. Ia tergelincir hingga terlempar ke semak-semak. Tapi ajaibnya ia lantas berdiri, mencari sepedanya, dan kembali mengayuh dengan kencang. Mengejar Pidcock yang meninggalkannya. Insiden tersebut terjadi di 50 Km sebelum garis akhir.
Beruntung, Ia tak mengalami cedera serius. Hanya luka gesekan yang tampak di pundak kanannya. Tapi tetap saja, hal itu terlihat menyakitkan karena darah menyelimuti luka. Kaosnya pun juga terkoyak efek insiden tersebut.
Baca Juga: Paris-Nice 2025 Menguji Gen Juara Vingegaard
Akan tetapi, cyclist Slovenia itu seakan tak merasakan ada masalah serius. Ia terus mengejar Pidcock hingga tertangkap saat memasuki rute gravel terakhir di Colle Pinzuto. Tak berselang lama, Pogacar melakukan attack dan meninggalkan pembalap Britania Raya itu sendirian di posisi kedua. Sementara itu, rekan setim Pogacar, Tim Wellens, akhirnya mengisi podium terakhir. Wellens menyelesaikan balapan 2 menit 12 detik setelah Pogi, sapaan Pogacar, finis.
"Saya tahu betul balapan ini, saya sudah melewati rute di daerah ini sekitar 20 kali dalam hidup saya, tetapi terkadang Anda salah menilai dan entahlah, saya terpeleset dan terjadilah hal buruk. Saya agak khawatir karena saat Anda terjatuh, tubuh Anda akan sangat terpengaruh. Namun, saya masih punya cukup tenaga untuk menyelesaikannya," jelas Pogi.
Pogacar keluar dari semak usai terjatuh akibat jalanan yang berpasir.
Kemenangan ini menjadi gelar ketiga bagi Pogacar di balapan Strade Bianche. Sebelumnya ia meraih juara di musim 2022 dan 2024 lalu. Selain itu, rekor ini membuatnya menyamai raihan Fabian Cancellara. Tak menutup kemungkinan, nama Pogacar akan diabadikan di salah satu sektor gravel seperti halnya Cancellara ketika pensiun di 2017 lalu.
"Saya menikmatinya sampai saya melewati garis finis. Sekarang adrenalin telah memudar dan saya mulai merasakan banyak rasa sakit. Jadi itu bukan cara terbaik untuk memenangkan perlombaan," kata Pogacar.
"Tetapi kemenangan adalah kemenangan, dan mari kita berharap itu tidak lebih buruk dari yang terlihat dan semuanya akan baik-baik saja," imbuhnya.
Baca Juga: Kolom Sehat: Catakung
Gelar Strade Bianche 2025 mungkin akan melipatgandakan kepercayaan diri Pogi untuk turun di balapan Paris-Roubaix pertengahan April mendatang. Paris-Roubaix dikenal sebagai balapan cobble paling sulit dan prestisius di level WorldTour UCI. Dan, Pogi belum pernah sekalipun menjajalnya. Juara Paris-Roubaix akan memberikan validasi bagi Pogi bahwa ia adalah cyclist terbaik di era balapan modern.
Sebelumnya pembalap 26 tahun ini meraup sukses besar dengan meraih triple crown musim lalu. Menjuarai dua edisi GrandTour (Giro d'Italia dan Tour de France), plus meraih gelar juara dunia road race UCI. Prestasi yang terakhir diraih oleh pembalap Irlandia Stephen Roche pada 37 tahun lalu. (Mainsepeda)
Photo by Getty Images.
Results powered by FirstCycling.com