Selamat datang di sebuah era baru, era di mana kecerdasan buatan atau bahasa enggres-nya disebut artificial intelligence (AI) telah menjadi bagian dari kehidupan sehari hari kita.
Apa itu kecerdasan buatan? Banyak definisi yang beredar, tapi menurut saya paling tepat adalah ini, artificial intelligence adalah teknologi yang memungkinkan computer dan mesin untuk mensimulasikan pembelajaran, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kreatifitas dan kemandirian.
Contoh yang paling gampang sekarang banyak gambar kartun ala studio Ghibli yang beredar luas di media sosial. Banyak yang menirunya, mudah sekali, anda tidak perlu menjadi master aplikasi grafis apapun. Katakan saja pada si robot/ai dan wuzzz jadilah gambarnya. Jadinya pun lucu dan bagus, seperti karya maestro animator terkenal.
Di sisi lain, bila anda pengguna Strava, maka peran AI sangat ketara di kolom komentar aktifitas anda, baik itu secara overall atau komen menyangkut hal khusus seperti power Anda.
Baca Juga: Joao Almeida Rebut Puncak GC Tour Basque Country 2025
Di strava saya, komennya seperti "epic long distance! your crushed your typical distance…blabla". Artinya, "Gowes epic, Anda mengalahkan jarak rata-rata Anda…bla bla". Begitu menghibur ya, padahal ya ini hanya gowes sehari-hari saya saja. Tapi komen si apllikasi ini begitu enak dibaca. Lebih enak dari komen teman di grup mungkin wkwkwkwkwkwkwkw.
Yang menjadi perhatian saya adalah kenapa kita butuh kercerdasan yang dibuat? Saya pribadi tidak terlalu suka memakai fitur AI ini ketika pertama kali diperkenalkan. Setelah saya instal, tidak lama saya hapus, tapi ini tidak berlangsung lama. Banyak aplikasi di smartphone maupun di computer yang setelah di-update fungsi AI-nya sudah menjadi kesatuan, tidak bisa dipisahkan.
Apa dampaknya pada kehidupan kita? Ya memang ada beberapa tugas kita menjadi mudah. Banyak hal yang bisa mereka jawab, banyak hal yang bisa mereka hasilkan, hasilnya setara hasil orang dengan inteligensi tinggi.
Lalu apa guna manusia? Kembali ke studi Ghibli tadi. Studio ini membuat karya animasi yang luar biasa, seperti film Spirited Away (2001) yang mungkin satu-satunya film anime Jepang yang memenangi Oscar untuk karya animasi. Sisanya diborong animasi budaya non Jepang, biasanya dari Barat.
Untuk membuat animasi studio Ghibli mempertahankan karya tangan animator-animator. Tidak mau menggunakan teknologi. Karyanya sangat pelan proses pembuatannya karena harus digambar satu-satu. Bayangkan membuat gambar adegan film Princess Mononoke perlu waktu dua tahun, tapi anda bisa membuat gambar ala Ghibli tidak sampai dua menit dengan bantuan AI.
Hayao Miyazaki, Co-Founder Ghibli, merasa ini penghinaan kepada kehidupan ini sendiri. Kelihatannya manusia harus mencari kegunaan lain yang tidak bisa digantikan. Peran kita semakin lama samakin bisa di subtitusi oleh mesin. Iklan yang mengajak pengusaha meng-hire AI daripada meng-hire orang sudah terpampang di negara lain.
Sekarang perbanyaklah kegiatan non-digital agar kita sebagai manusia bisa berlaku sebagai mana mestinya. Apa di masa depan kita harus menjaga Sarah Connor? (Johnny Ray)