Jatuh cinta itu bisa tiba-tiba. Tidak direncanakan atau dibuat-buat. Aude Le Gorec membutuhkan recovery usai mengikuti Rinjani100 trail race bulan Mei 2018 silam.
Waktu itu pilihannya berenang atau bersepeda. “Berenang sering. Ingin coba olahraga baru, pilih bersepeda,” tutur perempuan asal Norwegia ini.
Sejak itu, Aude jatuh cinta. Apalagi di Norwegia pada musim panas dan semi adalah paling menyenangkan untuk pesepeda road bike.
Baru-baru ini, Aude yang sangat aktif olahraga menderita cidera di kaki kiri saat mengikuti Bromo Tengger Semeru Ultra 102K. “Cidera membuat tidak bisa menyelesaikan even itu. Dan harus berhenti lari minimal enam bulan. Inilah saat saya untuk terus bersepeda,” tuturnya.
Andalan Aude adalah sepeda merek Fara yang telah menemaninya sejak pertama kali gowes. “Ini sepeda merek dari Norwegia dan saya kenal baik dengan pemiliknya,” bangga Aude.
Pertama kali, perempuan kelahiran 32 tahun silam ini menggunakan Fara tipe rim brake, tetapi saat ini, Fara Disc terus menemaninya. “Sepeda sudah seperti teman hidup. Bahkan tidur bersama Mini-Fara, nama sepeda saya,” ceritanya lantas tertawa.
Di tengah masa-masa bahagianya bermain sepeda, Aude bertemu dengan Dhitri, cyclist asal Jakarta yang sedang travelling ke Oslo, Norwegia. “Pertemuan kami tidak disengaja. Dhitri ingin sewa sepeda di Fara Cycling Workshop di Oslo. Dan Jeff Webb, pemilik Fara menyewakan sepeda saya ke Dhitri. Setelah itu kita berteman dan terus berkomunikasi via whatsapp hingga hari ini,” ujarnya.
Nah, pertemuan dengan Dhitri ini membawa Aude lebih dalam ke dunia sepeda. “Dhitri sangat baik. Dia kenalkan saya ke komunitas sepeda di Indonesia dan mengajak ikut even Tour de Ambarrukmo bulan Juli,” bilangnya.
Aude, Dhitri, dan Corry Cortine.
Aude tidak yakin bisa menyelesaikan rute sejauh 146 km itu. Akibat terlalu lama berpikir, pendaftaran sudah ditutup. Tapi beruntunglah dia, ada peserta yang membatalkan diri dan menjual BIB-nya.
Ternyata, Aude sangat menikmati dan tidak menyesal. “It was a wonderful event! Rutenya cantik, atmosfirnya keren, organisernya profesional. Cyclist Indonesia juga sangar ramah,” pujinya.
Sayang, pengalaman buruk menimpa Aude. Saat berada di tengah tanjakan rute KOM/QOM, baterai Di2-nya habis. Untung, Aude sanggup menyelesaikan tanjakan itu tanpa masalah, tetapi sepanjang jalur flat menuju ke finis tidak bisa pindah gigi. “Setelah even berakhir, saya merasakan kaki saya panas sekali karena terus putaran tinggi demi mengikuti rombongan,” ujarnya tertawa.
Sebagai perempuan yang menggemari olahraga outdoor seperti lari, trail run, dan ski, tentu Aude juga suka bersepeda gunung. Tetapi dirinya mengaku kadang cinta tidak rasional.
“Saya suka bersepeda gunung, tapi saya cinta bersepeda balap. Hahaha… Menurut saya itu baik, bisa menyeimbangkan pikiran dan badan saya. Tidak harus terus-terusan offroad. Yang penting intinya tetap sama yaitu outdoor activities,” tukasnya.
Saat ini, Aude sedang sibuk mengatur jadwal kerjanya di Norwegia dan Indonesia. Tentu harus diselipkan juga jadwal ikut turing sepeda atau lomba olahraga lainnya. "Ada banyak acara trail run, sepeda, dan ski yang ingin saya ikuti tahun depan," bilangnya lantas tertawa.
CEO ALG Consulting ini sangat mencintai bersepeda di Indonesia. “Bersepeda di Norwegia itu penuh kompetisi dan hubungan personal antar cyclist tidak hangat. Beda dengan di Indonesia, antar cyclist sangat hangat, tertawa bersama, dan makan terus. Itu yang saya suka!” tutur Aude yang banyak menghabiskan waktu di Uluwatu, Bali ketika di Indonesia ini.
“Saya sedang berusaha bisa ikut Herbana Bromo KOM Challenge 2019. Sebetulnya timingnya pas karena dua minggu sebelumnya saya ada lomba ski di Norwegia, lalu dua minggu setelah Bromo KOM, saya ikut Tour de Bintan,” bilang penyuka Muay Thai ini berharap.
Menurut pengakuannya, Aude telah mencapai titik dimana dirinya tidak bisa pergi tanpa membawa Mini-Fara. Karena dia dan Mini-Fara sangat senang mengeksplorasi dan bertemu cyclist Indonesia!
Fix! Aude jatuh cinta (lagi) kali ini pada sepeda!(mainsepeda)