Hari Terakhir Santai, Hanya Nanjak 500 Meter

| Penulis : 

Akhirnya berakhir sudah Azrul Ananda School of Suffering Malaysia Training Camp 2019. Pada Minggu, 17 Februari, para peserta yang datang dari berbagai kota di Indonesia “merayakannya” dengan gowes “recovery.” Harus pakai tanda kutip, karena walau rutenya hanya 30 km, peserta tetap harus menanjak lebih dari 500 meter.

Minggu pagi pukul 07.00, peserta sudah start dari hotel di Tanah Rata. Rute hari itu adalah rute wajib kalau ke Cameron Highlands. Yaitu menuju Boh Tea Centre, sebuah kawasan wisata kebun teh yang terkenal kafenya.

Secara jarak tidak jauh. Hanya 15 km dari hotel. Masalahnya, letaknya di atas lagi, di sekitar Brinchang. Jadi, dari hotel, rutenya konstan menanjak hampir 10 km. Setelah itu kumpul di pinggir jalan, untuk melewati jalan kecil ke arah Boh Tea Centre.

Karena kafenya baru buka jam 08.30, peserta pun foto-foto dulu di kawasan perkebunan yang indah itu. Apalagi cuaca sedang cerah, matahari masih rendah, kabut berangsur hilang.

“Ini langka sekali. Karena kita biasanya kehujanan setiap kali ke sini. Jadi mumpung cuaca bagus bisa foto-foto sepuasnya,” ucap Dewo Pratomo, yang setiap tahun menemani cyclist ke Cameron Highlands dan bertindak sebagai fotografer (dan penghibur, karena dia kocak!).

Begitu kafe buka, semua langsung antre. Beli teh tarik, teh rasa lain-lain, serta kue-kue dan makanan yang semua terlihat menarik. Maklum, semua telah disiksa dengan rute menanjak panas berhari-hari. Jadi hari Minggu ini makannya terasa bebas!

Menariknya, di Boh Tea Centre rombongan bertemu dengan Kamarul Irwan, seorang cyclist Malaysia. Usut punya usut, dia ini sedang sangat rajin berlatih. Karena dia akan menjadi peserta Herbana Bromo KOM Challenge di Indonesia pada 16 Maret mendatang!

Tinggal di Kuala Lumpur, dia latihan ke Cameron Highlands ditemani istrinya (naik mobil).

Kamarul Irwan.

"Saya bersama delapan teman sudah daftar even Bromo KOM itu. Ada teman sudah pernah ikut tahun lalu, dan dia bilang amazing event. Pemandangan keren, tanjakannya juga menakjubkan Jadi saya penasaran. Sekarang saya sedang latihan climbing untuk persiapan Bromo KOM," tutur pengguna sepeda Stelbel dan pernah menjuarai Taiwan KOM ini. 

Tidak lama, sebelum pukul 10.00, rombongan harus naik sepeda lagi kembali ke hotel. Naik lagi sedikit ke Brinchang, lalu turun terus ke hotel di Tanah Rata.Setelah itu harus “lincah.” Sepeda harus cepat di-packing. Lalu bersih-bersih semua. Pukul 12.00 sudah harus naik mobil menuju bandara. Butuh perjalanan lebih dari tiga jam ke bandara, plus satu jam disisihkan untuk makan siang di sebuah rest area di Tapah.

Hasrat untuk makan sepertinya masih berlanjut. Semua makan bebas puas, tidak peduli ayam goreng atau yang lain-lain.

Sore sampai bandara pun sama. Makan terusss.

Setelah itu rombongan terpisah beberapa kelompok. Ada yang terbang ke Jakarta, ke Surabaya, atau Bali.

Malam sampai Indonesia. Seninnya kembali ke kehidupan normal. Hingga nanti waktunya kembali training camp ke Malaysia!

“Kami memang niat rutin kembali ke kawasan Cameron Highlands. Mungkin akan ada variasi rute dan lain-lain. Tapi menurut saya, dari Indonesia, inilah kawasan yang sensasi sepedanya paling dekat dengan di Eropa. Memberi kesempatan untuk berlatih menanjak panjang puluhan kilometer setiap hari,” pungkas Azrul Ananda. (Mainsepeda)

 

 

        

Populer

Pendaftaran Mulai Besok, EJJ 2025 Menawarkan Spot Baru 
Ladies Baja CC, Diracuni Bapak-Bapak Baja CC
Inilah Rute Journey To TGX 2024, Jarak Sama COT Bertambah
Alur Pendaftaran Cyclist Internasional Mainsepeda EJJ 2025
Kado Pensiun Cavendish: Menang di Singapore Criterium
Super Magnesium; Material Pesaing Karbon?
Kolom Sehat: Anti Social-Social Ride
Tips Memilih Lebar Handlebar yang Ideal
Kenapa Harus Pakai Clipless Pedal (Tips Memakai dan Memilih Pedal)
Tips Setting Rantai Hub Gear dan Lepas Roda Belakang Brompton