Untuk mengusir rasa jenuh dan bosan, banyak orang mengoleksi barang. Ada yang mengoleksi daun pintu kuno berbahan kayu jati, ada yang mengoleksi mobil atau motor kuno. Ada juga yang mengoleksi perangko atau uang kuno. Tapi yang dilakukan Prama Suria agak berbeda. Sama-sama mengoleksi sesuatu, tapi pria yang berprofesi sebagai pilot ini memilih sepeda dan komponen kuno serta apparel jadul.

“Memang pada dasarnya saya suka gowes. Dan menemukan bahwa sepeda kuno juga sangat berharga. Mulailah di tahun 2009 saya mengoleksinya,” bilang Prama. Pria yang demen gowes santai ini memiliki sepeda fixed gear sebagai sepeda pertama. “Waktu itu saya masih belum tahu apa-apa soal sepeda. Teman bilang itu custom geometri jadi ya saya beli aja,” tuturnya tertawa.

Tetap sejak ada teman yang memiliki toko sepeda Velodome di kawasan Panglima Polim, Jakarta Selatan mulailah Prama keracunan sepeda vintage. Menurut pengakuannya, sepeda vintage pertama adalah Gazelle Formula Race warna putih susu yang dibikin tahun 90-an. “Saat itu beli dari temannya teman. Waktu itu diajak ke kawasan Ciledug untuk mengambilnya,” tukasnya.

Meskipun koleksinya saat ini berjumlah lebih dari 25 sepeda vintage, tapi Prama paling cinta dengan Eddy Merckx dan Colnago. Sekali lagi, karena alasan historical value, Prama menyukai dua merek ini.

“Eddy sebagai pembalap pernah menggunakan frame Colnago dan akhirnya Eddy Merckx menjadi builder frame sendiri. Saya suka tubing ketupatnya Colnago yang tidak bisa ditiru oleh siapapun juga luges-nya yang keren itu. Juga Colnago menggunakan tubing Columbus yang memiliki ciri khas sendiri sama dengan tubing Reynolds,” jelasnya panjang lebar. Prama juga kagum dengan cat finishing Colnago yang seni banget menurutnya.

Prama paling membaggakan koleksi Eddy Merckx 80 dan Eddy Merckx 90 karena itu adalah sepeda awal berdirinya Eddy Merckx sebagai brand. “Yang Eddy Merckx 90 istimewa karena semua partsnya menggunakan NOS (New Old Stock) tahun 90-an. “Saya susah mencarinya di Eropa tepatnya Vienna, Austria,” bilang Prama bangga.

Seorang kawan membawa Eddy Merckx 90 datang ke rumah Prama dengan dibungkus koran. “Ternyata itu adalah Eddy Merckx track anniversary tahun 1990 livery America. Itu hanya ada satu dari lima unit!” bangganya.

Usut punya usut, sepeda ber-livery bendera Amerika itu adalah sepeda yang digunakan oleh tim PON Jawa Barat dan kebetulan Prama mendapatkan yang size 49 sesuai dengannya. “Jadi makin cinta karena jarang banget Eddy Merckx bikin size kecil gitu,” bilangnya.

Meskipun saat ini Prama sedang sibuk sehingga berkurang jadwal gowesnya, tapi jadwal hunting tidak kendor. “Paling seru saat live bidding bersama kawan di situs Ebay,” bilang warga Bintaro, Jakarta Selatan ini.

Sepeda vintage tidak hanya jadi pajangan, tetapi Prama juga rutin menggowesnya. “Paling jauh gowes ke Bogor pakai track bike dan road bike vintage,” ujar suami dari Fitrianzani. Menyesuaikan dengan sepeda, saat gowes, pemilik sepeda Vitus alloy dan Colnago karbon ini juga menggunakan apparel jadul. Paling banyak beli melalui situs Ebay atau kala Prama sedang jalan-jalan ke Eropa.

Selain sepeda, Prama juga mengoleksi komponen seperti crank, grupset vintage dan semuanya pantograph. Ada ukir-ukirannya. Jadi benar-benar menonjolkan sisi seni sebuah komponen sepeda.

Pengoleksi BMW cruise bike, NJS Track Bike, Giant XC, dan Colnago carbon ini mengaku sangat bangga ketika gowes menggunakan sepeda vintage. “Rasanya beda. Sepedanya unik bentuk kuno jadul gitu. Plus ada nilai sejarahnya. Riding jadi berasa beda dan itu pengalaman priceless!” bangga Prama.

Buatnya, menemukan sepeda vintage sudah seperti menemukan harta karun yang berharga. Punya cukup uang pasti bisa beli sepeda mass production modern yang kekinian. Tapi kalo punya uang banyak belum tentu bisa memiliki sepeda vintage dengan segala keunikan dan historical valuenya.

“Itulah yang mendasari saya mencintai sepeda vintage sampai kapanpun,” tutup pria yang mengaku sudah tidak punya incaran sepeda vintage lagi ini. (mainsepeda)

 

Populer

Kosong Sembilan CC, Pecinta Kecepatan Dalkot Jakarta Tiap Selasa
Journey to TGX 2024, Penuh Cerita Tak Terlupakan
Journey to TGX 2024: Hanif Finisher Pertama di Pasar Pon Trenggalek
Kalender Event Mainsepeda 2024: East Java Journey Pertama, Bromo KOM X 18 Mei
Campagnolo Kembali ke Balapan WorldTour 2025
Hujan Sepanjang Jalan, Puluhan Cyclist DNF
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Journey to TGX 2024: Lanterne Rouge Bagi Cyclist Penuh Dedikasi
Ijen KOM 2024: Inilah Kuliner Hidden Gem Banyuwangi, Wajib Cicip!
Misi Pemkab Trenggalek Ramah bagi Pesepeda