Bersepeda dengan mountain bike (MTB) adalah awal mula olahraga Yusuf Zaky. Menurut pria asal Bandung ini, menjadi sehat adalah bagian dari ibadah. Jadi olahraga adalah bagian dari iman. Tahun 1989, saat masih duduk di kelas 2 SMA, Yusuf bangga sekali menggunakan sepeda Federal Street Cat.

Kecanduan sepeda, Yusuf membeli sepeda keduanya yaitu Master dua tahun kemudian. “Tahun depannya, 1992, saya beli KHS Montana di Bandung MTB Bikeshop) dan semua sepeda itu masih ada sampai hari ini,” kenangnya.

Seolah menemukan cintanya, Yusuf benar-benar jatuh cinta dengan olahraga sepeda ini. “Saya mencoba olahraga lain tidak ada yang membuat saya klik seperti gowes. Jadi saya suka sepedanya, juga suka olahraganya,” bilang Yusuf.

Apalagi setelah Yusuf berkenalan dengan Oki Raspati, pelatih nasional MTB Indonesia. “Saya jadi ikut klub Pola,” tuturnya. Yusuf juga latihan bersama Robby Sukardi, Abdurahman, Oki Raspati, Sanny, Soni SMH, Didan Deden Doff dan bos KongLiong yang tergabung dalam Klub Bandung MTB.

Bertahun-tahun Yusuf bermain mountain bike dan sempat vakum ketika menikah di tahun 1996. Lantas tahun 2000, di Bandung buka toko sepeda namanya TRB Bike Bandung yang dimiliki oleh Herry Krisnawan.

“Herry meracuni saya dengan road bike, beliau sering ajak saya ke pameran sepeda di luar negeri seperti Taiwan, China, Jerman, dan negara lainnya. Jadilah saya tergila-gila dengan road bike,” ujarnya sambil tertawa.

Menurut Yusuf, road bike lebih seksi. Lebih banyak variasinya dan modelnya serta asesorisnya jauh lebih cool dibandingkan mountain bike. Sepeda road bike pertama Yusuf adalah Look Mondrian yang dilihatnya di Taipei Bike Show 2006.

“Jatuh cinta pandangan pertama. Langsung kontak Herry untuk order,” tukasnya. Sejak itulah, seluruh majalah, buku, siaran TV tentang road bike dilahapnya.

“Saya suka aura balap road yang lebih bergengsi. Pembalapnya juga lebih cool dandanannya dan auranya!” alasan pria kelahiran 14 Desember ini. Sedikit demi sedikit koleksi road bike-nya bertambah. Mulai dari Time, Cannondale, LOOK, Trek dan lainnya.

Saat ke pameran tahun 2010 saya melihat Trek Livestrong warna hitam dan kuning lantas langsung order melalui Akwet, bos Sepeda Kita, distributor Trek di Indonesia saat itu. “Saya tertarik sepeda itu karena sepeda juara tujuh kali Tour de France. Sebelum didiskualifikasi,” bangganya.

Selanjutnya, koleksi Yusuf mulai terarah. Yakni sepeda-sepeda replika tim yang ikut ajang balap dunia 3 Grand Tour-Vuelta a Espana, Giro d’Italia, dan Tour de France.

“Jadi saat melihat balapan sepeda di kanal Eurosport, selain lihat serunya balapan, saya juga memperhatikan sepedanya. Lalu sepeda yang saya incar itu saya beli melalui distribrutor Indonesia,” bilangnya.

Seperti LOOK Team Cofidis, Time Team France, Cannondale SuperSix Evo Sagan Edition, Specialized SL5 Contador, Specialized Sagan World Championship, Venge Cavendish, Giant Team Alpecin, Bianchi Oltre Team Lotto Bellisol, BMC, Ridley, Canyon Sram dan Katusha, Colango Mapei, dan masih banyak lainnya.

“Sekarang di rumah ada total sekitar 15 sepeda replika protour, dan sekitar 35 sepeda koleksi non peserta balap Grand Tour,” tuturnya tanpa bermaksud sombong.

Koleksi MTB-nya juga ada. Seperti MTB Scott Scale dan Spark Nino Schurter edition WCS, Yeti, Cannondale, Canyon, Specialized, dan lainnya. “Beberapa sepeda lipat juga ada,” bilangnya tersenyum.

Yusuf mengaku sangat bersyukur, saat ini tidak susah apabila ingin hunting sepeda, komponennya, atau apparelnya. Sudah banyak toko sepeda yang menyediakan di Indonesia atau Singapura.

Yusuf Zaky (kanan sepeda Cipollini) bersama Oky Raspati. 

“Biasanya saya juga belanja online lewat situs-situs luar negeri,” ujar warga kawasan Jalan Haruman, Burangrang, Bandung ini. Menurut Yusuf, seninya adalah saat harus browsing mencari komponen atau apparel yang cocok dengan tim balap sepeda itu.

“Seru banget, dan kadang menggemaskan karena harus keluar masuk website luar negeri untuk hunting,” bilangnya. Beruntung, suami dari Yulia Yasin ini tidak pernah mendengarkan omelan dari istri maupun anak-anaknya.

Yusuf Zaky bersama Cipollini.

“Mereka semua sudah paham akan hobi saya ini. Jadi mereka maklum saja,” bilang ayah 5 orang anak. Saat ini, Yusuf mengaku sudah puas dan bersyukur akan semua koleksi yang dimilikinya.

“Sekarang saya hanya merawat mereka dan sesekali bersepeda menggunakan sepeda pro tour itu,” ujarnya. Minimal gowes seminggu dua kali hari Selasa dan Jumat atau Sabtu.

Yusuf Zaky bersama Andre Greipel.

Untuk rute, Bandung terkenal dengan tanjakan. Jadi kolektor sepatu pro tour, kacamata Oakley, bidon pembalap ini sering ke Ciwaraga Lembang dengan road bike atau ke Dago Tahura Maribaya dengan MTB.

“Saya kalo gowes pakai sepeda pro tour, harus lengkap mulai helm hingga sepatu sesuai dengan sepeda yang saya gunakan!” tutur penyuka desain kantor industrial ini.

Yusuf mengaku ada korelasi antara bisnis clothingnya dengan sepeda. “Desain dan warnanya serta grafis apparel pembalap pro tour bisa saya aplikasikan ke clothing line saya,” tutup bos apparel merek Proshop Original ini. (mainsepeda)

 

 

Populer

Kosong Sembilan CC, Pecinta Kecepatan Dalkot Jakarta Tiap Selasa
Journey to TGX 2024, Penuh Cerita Tak Terlupakan
Journey to TGX 2024: Hanif Finisher Pertama di Pasar Pon Trenggalek
Kalender Event Mainsepeda 2024: East Java Journey Pertama, Bromo KOM X 18 Mei
Hujan Sepanjang Jalan, Puluhan Cyclist DNF
Campagnolo Kembali ke Balapan WorldTour 2025
Pompa Ban Anda sesuai Berat Badan
Journey to TGX 2024: Lanterne Rouge Bagi Cyclist Penuh Dedikasi
Ijen KOM 2024: Inilah Kuliner Hidden Gem Banyuwangi, Wajib Cicip!
Misi Pemkab Trenggalek Ramah bagi Pesepeda