Gara-gara nasi bungkus ampok (semacam nasi jagung), hubungan antara anggota Harmoni Cycling Club (HCC) Kediri jadi cair dan menyatu. Waktu itu, hari Minggu, jadwal gowes rutin HCC dengan tujuan Gunung Kelud. Klub masih baru terbentuk jadi banyak anggota yang belum saling kenal. Suasana masih kaku.
Di tengah perjalanan, Imam atau yang biasa dipanggil Gendon, salah satu anggota HCC berhenti di sebuah warung dan mengambil nasi ampok di kawasan Wates dalam jumlah banyak. Ketika perjalanan dilanjutkan hingga finis di lapangan Gumul Kediri, ternyata Imam sudah tidak ada.
“Ternyata dia mengambil jalan pintas untuk langsung pulang ke rumahnya. Dan semua anggota HCC tertawa. Semua berpikir dan mengharapkan makanan nasi bungkus itu disantap bersama-sama di tempat finis. Akibat belum saling kenal jadi sungkan bertanya ke Gendon. Setelah kejadian itu, semua anggota malah jadi akrab,” bilang Toni Saptono, founder HCC.
Uniknya, meskipun semua anggota HCC ini menggunakan road bike, tetapi tidak kebut-kebutan dan ujung-ujungnya pasti kuliner. “Biasanya kita gowes bareng hari Minggu dan pasti berakhir dengan kuliner. Paling sering adalah ke Bendungan makan ikan wader, gurami, atau nila,” cerita Toni.
Memang, Toni menggagas klub HCC ini untuk mengakomodasi cyclist yang hanya bisa gowes di hari Minggu. Saat itu, 28 Oktober 2018, 15 orang bisa gowes bareng di hari Minggu.
Setelah dirasa kompak dan cocok, anggota HCC akhirnya mengambil tanggal 11 Maret 2019 sebagai hari jadi klub ini. “Saat ini sudah terkumpul sekitar 20 member. Mereka aktif gowes dan tidak hanya di hari Minggu. Hari biasapun mereka latihan sendiri,” tukas Anton, salah satu anggota HCC.
Sifat kekeluargaan anggota HCC ini sangat kental. Mereka tidak mau ada anggota yang tertinggal saat turing. Pernah saat turing ke Blitar, Yudi tattoo alias Paydex tertinggal jauh.
“Ternyata ruji sepedanya putus jadi dia harus jalan stop jalan stop untuk memperbaikinya. Setelah berhasil mengejar rombongan dengan ‘drafting’ truk, eh, dia ketinggalan lagi, sayangnya sudah tidak ada truk yang bisa dipakai ‘drafting’ jadi semua teman-teman sabar menunggu Paydex datang,” cerita Toni sambil tertawa.
Rute mingguan HCC biasanya menempuh jarak 40-60 km dengan tujuan gunung Kelud, Simpang Lima, Blitar, Besuki, Dolo. Anton menambahkan, rute gunung Kelud menanjak sejauh 10 km dengan elevasi 500 meter dan gradien rata-rata 5 persen. Rute Dolo jauh lebih ekstrem. Jarak 15 km untuk mencapai ketinggian 1.200 meter dan gradien maksimalnya 24 persen.
“Kuliner favorit kami adalah warung pecel dan jenang di gunung Kelud. Setelah menanjak pasti lapar banget,” kata Toni. Klub yang mengambil nama “Harmoni” berdasarkan nama kota yaitu “Harmoni Kediri” ini sangat mengharapkan bersepeda bisa membuat warga kota jadi lebih sehat.
Beberapa anggota HCC ada yang mantan pemabuk dan pengguna narkoba. Tapi dengan bersepeda mereka bisa meninggalkan kebiasaan lamanya itu dan hidup sehat serta positif.
Toni dan Anton tidak membatasi anggotanya untuk berafiliasi dengan klub lain di kota Kediri. “Yang penting adalah kekeluargaan bukan persaingan. Ini klub sepeda bukan balap sepeda. Kami harapkan bisa menambah teman dan saling berinteraksi dengan klub lainnya di kota Kediri ini,” tegas Toni.
Kadang, di luar jadwal gowes, beberapa anggota HCC kumpul untuk sekedar ngobrol dan ngopi. “Intinya HCC ini seru-seruan, senang-senang, dan semuanya pasti takut lapar. Tujuan utama gowes adalah untuk kesehatan, kekeluargaan dan terpenting adalah kuliner!” ujar Anton.
Toni sangat berharap HCC tetap kompak, tetap seduluran, tetap bisa menjaga hubungan baik dengan klub road bike maupun non road bike di kota Kediri dan sekitarnya. “Tambah jalur tambah dulur!” tutup Toni. (mainsepeda)